MAKALAH
PERKEMBANGAN
DAN BIMBINGAN PESERTA DIDIK
“KONSEP
DAN PERKEMBANGAN EMOSI PADA PESERTA DIDIK”
Disusun
Oleh :
Dea Tita Hastika (20158300219)
Indri Mahayati (20158300217)
Yunita (20158300185)
Dosen Pengampu :
Chairunnisa, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
STKIP KUSUMA NEGARA
JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam semoga senantiasa
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, juga untuk para keluarga, sahabat dan
pengikutnya sampai akhir zaman. Karena atas rahmat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Konsep dan Perkembangan
Emosi pada Peserta Didik”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah “Perkembangan dan Bimbingan Peserta Didik”. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Chairunnisa, M.Pd. selaku dosen pengampu,
teman-teman dan semua pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penyusunan materi dalam makalah ini disesuaikan dengan referensi yang didapat
dari internet.
Penulis berharap makalah ini dapat
menambah pengetahuan pembaca dan memberikan gambaran mengenai materi tentang
konsep, faktor, serta manfaat perkembangan emosi pada peserta didik. Sehingga
pembaca dapat menggunakan makalah ini sebagai literatur pendukung dalam
pengembangan bidang ilmu selanjutnya yang terkait dengan materi ini dalam
kehidupan sehari-hari.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun untuk perbaikan makalah ini. Besar harapan penulis agar penulisan makalah
ini dapat berguna bagi siapapun yang menjadikan makalah ini sebagai bahan
literatur mengenai materi terkait.
Jakarta,
25 Januari 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
1.2.Rumusan
Masalah
1.3.Tujuan
Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A.Hakekat
Emosi
B.Karakteristik
Perkembangan Emosi
C.Faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
D.Manfaat
Emosi
E.Kecerdasan
Emosional
F.Dimensi
Kecerdasan Emosional
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
3.2.Saran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Secara etimologis emosi berasal dari
kata Prancis emotion, yang berasal lagi dari emouvoir, ‘exicte’
yang berdasarkan kata Latin emovere, artinya keluar. Dengan demikian
secara etimologis emosi berati “bergerak keluar”.
Banyak orang yang beranggapan bahwasanya
emosi itu adalah sesuatu hal yang buruk, sesuatu yang diidentikan dengan
amarah. Namun pada kenyataannya emosi itu tidaklah hanya berupa amarah, emosi
juga bisa dalam hal kebaikan.
Emosi sering didefinisikan dalam istilah
perasaan (feeling), misalnya pengalaman-pengalaman afektif, kenikmatan,
marah, takut, bahagia dan lainnya. Emosi dapat diartikan sebagi suatu reaksi
psikologis yang ditampilkan dalam bentuk tingkah laku gembira, bahagia, sedih,
berani, takut, marah, muak, haru, cinta dan lain-lain.
Emosi seringkali berhubungan dengan
tujuan tingkah laku. Adapun emosi terdiri dari emosi positif (emosi yang
menyenangkan, seperti cinta, sayang, senang, gembira, kagum dan sebagainya), dan
emosi negatif (emosi yang tidak menyenangkan, seperti sedih, marah, benci,
takut dan sebagainya).
Dengan mempelajari emosi, diharapakan
agar seorang pendidik dapat mengenali emosi dirinya sendiri, sehingga dapat
meningkatkan emosi positif yang berdampak pada peserta didik ataupun dapat
digunakan untuk mengendalikan emosi-emosi peserta didik yang perlu
dikembangkan.
1.2.Rumusan Masalah
1.
Jelaskan hakekat
dari emosi!
2.
Bagaimana karakteristik
perkembangan emosi?
3.
Apa saja faktor
yang mempengaruhi perkembangan emosi?
4.
Apakah manfaat dari
emosi?
5.
Jelaskan tentang
kecerdasan emosional!
6.
Apa saja dimensi
kecerdasan emosional?
1.3.Tujuan Penulisan
1.
Dapat
menjelaskan hakekat emosi.
2.
Dapat mengetahui
bagaimana karakteristik perkembangan emosi.
3.
Dapat mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi.
4.
Dapat mengetahui
manfaat emosi.
5.
Dapat
menjelaskan tentang kecerdasan emosional
6.
Dapat mengetahui
beberapa dimensi kecerdasan emosional
BAB II
PEMBAHASAN
A.Hakekat Emosi
Kata "emosi" diturunkan dari
kata bahasa Perancis, émotion, dari émouvoir, 'kegembiraan' dari bahasa Latin
emovere, dari e- (varian eks-) 'luar' dan movere 'bergerak'. Emosi merujuk pada
suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan
psikologis serta serangkaian kecendrungan untuk bertindak.
Emosi dapat berupa perasaan amarah,
ketakutan, kebahagiaan, cinta, rasa terkejut, jijik, dan rasa sedih. Semua
gejala emosi seperti amarah, rasa takut, rasa gembira, senang, penuh harap,
termasuk konflik, stres, cemas frustasi dan sebagainya mempengaruhi perubahan
fisik seseorang (Setyobroto S, 2004;125). Hal serupa juga di ungkapkan oleh
Crow & Crow (dalam Fatimah E,
2006;104) emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan
fisik.
Mashar (2011;16) emosi dapat diartikan
suatu kondisi intrapersonal, seperti perasaan, keadaan tertentu atau pola
aktifitas motor. Unit-unit emosi dapat dibedakan berdasarkan tingkatan
kompleksitas yang terbentuk berupa perasaan menyenangkan atau tidak
menyenangkan, komponen ekspresi wajah individu dan suatu keadaan sebagai
penggerak tertentu.
Lazarus menyatakan bahwa emosi adalah
suatu keadaan yang komplek pada diri organisme meliputi perubahan secara
badaniah dalam bernapas, detak jantung, perubahan kelenjar-kelenjar dan kondisi
mental seperti keadaan menggembirakan yang ditandai dengan perasaan yang kuat
dan biasanya disertai dengan dorongan yang mengacu pada suatu bentuk perilaku.
Sementara Goleman menjelaskan bahwa
emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran dimana pikiran khasnya merupakan
keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecendrungan untuk bertindak.
Hal yang sama juga di ungkapkan oleh
Syamsudin dimana emosi merupakan suatu suasana yang komplek dan getaran jiwa
yang menyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya suatu perilaku.
Dari uraian diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa emosi terkait dengan perubahan intrapersonal dan
interpersonal. Dimana intrapersonal berhubungan dengan mengelola diri secara
pribadi, seperti analisa diri dan refleksi. Sedangkan interpersonal berhungan
dengan kemampuan untuk bekerja secara efektif dengan orang lain, memelihara dan
menjaga hubungan dengan orang lain.
Fatimah (2006;105) menambahkan bahwa
pada saat emosi sering terjadi perubahan-perubahan pada fisik seseorang seperti
;
a. Reaksi
elektris pada kulit meningkat bila terpesona
b. Peredaran
darah bertambah cepat bila marah
c. Denyut
jantung bertambah cepat bila terkejut
d. Bernapas
panjang bila kecewa
e. Pupil
mata membesar bila marah
f. Air
liur mongering bila takut/tegang
g. Bulu
roma berdiri kalau takut
h. Otot
menjadi tegang atau bergetar (tremor)
i.
Komposisi darah
berubah dan kelenjar lebih aktif.
Dari beberapa pernyataan diatas jelaslah
bahwa gangguan emosi dapat mempengaruhi psikis manusia dan juga dapat
mempengaruhi fisik seseorang. Gangguan emosi jelas akan mempengaruhi stabilitas
emosional atau Emotional stability dan emotional stability akan
mempengaruhi stabilitas psikis seseorang, sehingga yang bersangkutan tidak
dapat berpikir dengan baik, tidak dapat berkonsentrasi, koordinasi gerak kacau
dsb. (Etyobroto S, 2004;125)
B.Karakteristik Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi merupakan salah satu
faktor yang turut menentukan keberhasilan individu dalam kehidupan meskipun
seorang anak memiliki kemampuan intelektual/kognitif yang baik, tetapi
perkembangan emosionalnya tidak baik, anak tersebut akan mengalami hambatan
dalan pergaulan dan kehidupannya. Berikut ini merupakan karakteristik dari
perkembangan Emosi :
1.
Perkembangan
Emosi Bayi
Perkembangan emosi pada
bayi terbagi menjadi tiga kategori :
1) Usia
0 – 8 Minggu
Kehidupan bayi sangat
dikuasai oleh emosi. Emosi anak sangat bertalian dengan indrawi (fisik), dengan
kualitas perasaan; senang dan tidak senang, hangat dan nyaman, serta menangis
karena lapar, haus, kedinginan atau sakit.
2) Usia
8 minggu – 1 Tahun
Pada masa ini perasaan
psikis sudah mulai berkembang, anak merasa senang atau tersenyum bila melihat
mainan yang tergantung didepan matanya. Tidak merasa senang (menangis) terhadap
benda asing atau orang asing. Pada masa ini perasaan anak mengalami
diferensiasi (penguraian) yaitu dari perasaan jasmaniah menjadi tidak senang,
marah, takut, jengekel dan terkejut.
3) Usia
1-3 Tahun
Di usia batita anak
berkembang ke arah kemandirian. Ia ingin menunjukkan bahwa dirinya mampu.
Dukungan dan kesabaran dari orang tua sangat penting untuk membantu anak
mencapai tugas perkembangan tersebut.
1. Demonstrasi kasih sayang
Anak usia ini senang mengeksplorasi
berbagai perasaan menyenangkan yang timbul dari kontak fisik. Misal setiap kali
orangtua membuka tangan, batita pasti akan berlari menghampiri untuk masuk
dalam pelukan orangtuanya.
2. Perhatian secara personal
Batita selalu menuntut perhatian secara
personal sebab di usia ini anak sedang berada dalam fase egosentris. Ia ingin
semua menjadi miliknya dan hanya untuk dirinya.
3. Mood gampang berubah
Anak batita sangat moody. Mudah baginya
berganti suasana hati dalam waktu sekejap. Di usia ini anak mulai sadar bahwa
dirinya adalah individu yang terpisah dari orangtuanya sehingga segala
sesuatunya ingin dilakukan sendiri. Sementara di sisi lain kemampuannya masih
sangat terbatas.
4. Cari perhatian
Ini adalah salah satu ekspresi emosi
yang khas dimiliki anak batita. Ia senang sekali "pamer" kemampuan.
Pahadal sesuai tahapan perkembangannya, ada saja kemampuan baru yang
dikuasainya hampir setiap hari.
5. Suka menyengaja
Batita suka menyengaja. Ini dilakukan
semata-mata untuk melihat repons sekelilingnya. Bisa juga karena anak belum
paham risiko dari perbuatannya, tapi mungkin juga anak sekadar menikmati reaksi
yang ditampilkan orangtua.
6. Melempar sesuatu saat marah
Di usia ini anak belum bisa
mengendalikan emosinya secara sempurna tapi kemampuan motoriknya, terutama
melempar benda, sudah bisa dilakukan.
7. Keras kepala
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, di
usia ini anak sedang berada pada fase egosentris. Anak maunya menang sendiri
dan keras kepala. Apa yang sudah jadi keinginannya seakan tak terbantahkan. Ini
adalah bagian dari perkembangan yang wajar.
8. Narsisme
Anak batita "narsis" mengagumi
diri sendiri. Anak usia ini selalu merasa dirinya yang paling baik, pintar,
cantik/ganteng, disayang dan sebagainya sehingga ia merasa berhak atas segala
sesuatu yang ada di dunia ini.
2.
Perkembangan
Emosi Anak
Enam
tahapan perkembangan yang harus dilalui anak:
1.
Regulasi diri
dan minat terhadap lingkungan
Kemampuan anak untuk mengolah rangsang
dari lingkungan dan menenangkan diri. Bila anak masih belum mampu meregulasikan
diri maka ia akan tenggelam dalam usaha mencari rangsang yang dibutuhkannya
atau sebaliknya menghindari rangsang yang membuatnya tidak nyaman.
2.
Keakraban-keintiman
Kemampuan anak untuk terlibat dalam
suatu relasi yang hangat, akrab, menyenangkan dan penuh cinta.
3.
Komunikasi dua
arah
Kemampuan anak untuk terlibat dalam
komunikasi dua arah, menutup siklus komunikasi (aksi-reaksi). Komunikasi di
sini tidak harus verbal, yang penting ia bisa mengkomunikasikan
intensi/tujuannya dan kemudian mengenal konsep sebabakibat (berpikir logis) dan
konsep diri. la mulai menyadari bahwa tingkah lakunya berdampak terhadap
lingkungan. Sehingga mulai muncul keinginan untuk aktif memilih/ menentukan
pilihan dan berinisiatif.
4.
Komunikasi
kompleks
Kemampuan anak untuk menciptakan
komunikasi kompleks, mengekspresikan keinginan dan emosi secara lebih berwarna,
kompleks dan kreatif. Mulai menyertakan keinginannya dalam bermain, tidak hanya
mengikuti perintah atau petunjuk pengasuh/orang tua. Selanjutnya hal ini akan
menjadi dasar terbentuknya konsep diri dan kepribadian. la mampu memahami pola
karakter dan tingkah laku orang lain sehingga mulai memahami apakah tingkah
lakunya disetujui atau tidak, akan dipuji atau diejek, dll sehingga mulai
berkembang kemampuan memprediksi kejadian dan kemudian mengarah pada kemampuan
memecahkan masalah berdasarkan keurutan logis.
5.
Ide emosional
Kemampuan anak untuk menciptakan ide,
mengenal simbol, termasuk bahasa yang melibatkan emosi.
6.
Berpikir
emosional
Kemampuan anak untuk menciptakan kaitan
antar berbagai ide sehingga mampu berpikir secara logis dan sesuai dengan
realitas. Mampu mengekspresikan berbagai emosi dalam bermain, memprediksi
perasaan dan akiba' dari suatu aktifitas, mengenal konsep ruang, waktu serta
bisa memecahkan masalah secara verbal dan memiliki pendapatnya sendiri. Bila
anak bisa mencapai kemampuan ini maka ia akan siap belajar berpikir abstrak dan
mempolajari strategi berpikir.
Pada
umumnya, ada empat kunci utama emosi pada anak yaitu :
1. Perasaan
marah; perasaan ini akan muncul ketika anak terkadang merasa tidak nyaman
dengan lingkungannya atau ada sesuatu yang mengganggunya. Kemarahan pun akan
dikeluarkan anak ketika merasa lelah atau dalam keadaan sakit. Begitu pun ketika
kemauannya tidak dituruti oleh orang tuanya, terkadang timbul rasa marah pada anak.
2. Perasaan
takut; rasa takut ini di rasakan anak semenjak bayi. Ketika bayi mereka takut
akan suara-suara yang gaduh atau rebut. Ketika menginjak masa anak-anak,
perasaan takut mereka muncul apabila di sekelilingnya gelap. Mereka pun mulai
berfantasi dengan adanya hantu, monster dan mahluk-mahluk yang menyeramkan
lainnya.
3. Perasaan
gembira; perasaan gembira ini tentu saja muncul ketika anak merasa senang akan
sesuatu. Contohnya ketika anak diberi hadiah oleh orang tuanya, ketika anak
juara dalam mengikuti suatu lomba, atau ketika anak dapat melakukan apa yang
diperintahkan orang tuanya. Banyak hal yang dapat membuat anak merasa gembira.
4. Rasa
humor; tertawa merupakan hal yang sangat universal. Anak lebih banyak tertawa
di bandingkan orang dewasa. Anak akan tertawa ketika melihat sesuatu yang lucu.
Keempat perasaan itu merupakan emosi
negatif dan positif. Perasaan marah dan ketakutan merupakan sikap emosi yang
negatif sedangkan perasaan gembira dan rasa lucu atau humor merupakan sikap
emosi yang positif.
3.
Perkembangan
Emosi Remaja
Karakteristik perkembangan remaja
sejalan dengan perkembangan masa remaja itu sendiri, yaitu sebagai berikut:
a.
Perubahan fisik
tahap awal pada periode pra-remaja disertai sikap kepekaan terhadap
rangsang-rangsang dari luar menyebabkan responnya biasanya berlebihan sehingga
mereka mudah tersinggung dan cengeng, tetapi juga cepat merasa senang bahkan
meledak-ledak.
b.
Perubahan fisik
yang semakin tampak jelas pada periode remaja awal menyebabkan mereka cendrung
menyendiri sehingga tidak jarang pula merasa terasing, kurang perhatian dari
orang lain, atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau memperdulikannya.
c.
Periode remaja
tengah sudah semakin menyadari pentingnya nilai-nilai yang dapat dipegang teguh
sehingga jika melihat fenomena yang terjadi di masyarakat yang menunjukkan
adanya kontradiksi dengan nilai-nilai moral yang mereka ketahui menyebabkan
remaja sering kali secara emosional ingin membentuk nilai-nilai mereka sendiri
yang mereka anggap benar, baik dan pantas untuk dikembangkan dikalangan mereka
sendiri. Lebih-lebih jika orang tua atau orang dewasa disekitarnya ingin
memaksakan nilai-nilainya.
d.
Periode remaja
akhir mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai menunjukkan
pemikiran, sikap, perilaku yang semakin dewasa. Oleh sebab itu, orang tua dan
masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada mereka.
Interaksi dengan orang tua juga semakin lebih bagus dan lancar karena mereka
sudah semakin bebas penuh serta emosinya pun mulai stabil.
Perasaan yang sering muncul pada masa
remaja :
1. Cinta
/ Kasih sayang
Faktor penting dalam kehidupan remaja
adalah kapasitasnya untuk mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk
mendapatkan cinta dari orang lain. Tampaknya tidak ada manusia, termasuk
remaja, yang hidup bahagiadan sehat tanpa mendapatkan cinta dari orang lain.
Para remaja yang berontak secara terang-terangan, nakal dan mempunyai sikap
permusuhan besar kemungkinan disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai
yang tidak disadari.
2. Gembira
Rasa gembira akan dialami apabila segala
sesuatunya berlangsung dengan baik dan para remaja akan mengalami kegembiraan
jika ia diterima sebagai sahabat, atau bila jatuh cinta dan cintanya itu
mendapat sambutan (diterima)oleh yang cintai.
3. Marah
Rasa marah merupakan gejala yang penting
diantara emosi-emosi yang memainkan peranan yang menonjol dalam perkembangan
kepribadian melalui rasa marahnya seseorang mempertajam tuntutannya sendiri dan
pemilikan minat-minatnya sendiri. Sikap-sikap permusuhan mungkin berbentuk
dendam, kesedihan, prasangka, atau kecenderungan untuk merasa tersiksa.
4. Ketakutan
dan Kecemasan
Ketakutan muncul karena adanya
kecemasan-kecemasan dan rasa tidak berani yang bersamaan dengan perkembangan
remaja itu sendiri. Biasanya para remaja merasa takut hanya pada
kejadian-kejadian bila mereka merasa bahaya. Satu-satunya cara untuk
menghindarkan diri dari rasa takut adalah menyerah pada rasa takut, seperti
terjadi bila seorang begitu takut sehingga ia tidak berani mencapai apa yang diinginkan
sehingga masa depannya menjadi tidak menentu.
4.
Perkembangan
Emosi Dewasa
Perkembangan emosi pada orang dewasa,
ditandai dengan seseorang yang mampu mengenali perasaan yang ada pada dirinya,
dan tahu bagaimana harus dilampiaskan. Dengan kata lain, seseorang dikatakan
sebagai orang dewasa secara emosional ditandai dengan kemampuan menerima emosi
dan menguasainya secara wajar. Artinya, apa pun emosi yang sedang di alami, ia
tetap bisa menguasai dan mengelolanya dengan baik. Tidak dipengaruhi rasa takut
dan gelisah dan bisa mengontrol emosi sehingga tidak merugikan orang lain. Dari
sini dapat dilihat bahwa orang dewasa memiliki kecerdasan emosi yang cukup
tinggi.
C.Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
1.
Pengaruh Keadaan
Individu Sendiri
Keadaan
diri individu, seperti usia, keadaan fisik, intelegensi, peran seks (Hurlock)
dapat mempengaruhi perkembangan emosi individu, perlu adanya tindakan preventif
untuk menghindari dampak serius dari pengaruh emosi yang timbul dari dalam diri
anak.
2.
Konflik-konflik
dalam proses perkembangan
Didalam
menjalani fase-fase perkembangan tiap anak harus melalui beberapa macam konflik
yang pada umumnya dapat dilalui dengan sukses tetapi ada juga anak yang
mengalami gangguan atau hambatan dalam menghadapi konflik-konflik ini
3.
Sebab-sebab
lingkungan
Anak-anak
hidup dalam 3 macam lingkungan yang mempengaruhi perkembangan emosi dan kepribadiannya.
Apabila pengaruh dari lingkungan ini tidak baik maka perkembangan
kepribadiannya akan terpengaruh juga.
Menurut Setiawan (dalam Nugraha, 2007: 4.7) ketiga faktor yang berpengaruh
terhadap perkembangan tersebut adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekitar
dan lingkungan sekolah.
4.
Hubungan antara
Emosi dan Tingkah Laku serta Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah Laku
Rasa
takut dan marah dapat menyebabkan seorang gemetar. Dalam ketakutan, mulut
menjadi kering, cepatnya jantung berdetak, derasnya aliran darah, sistem
pencernaan mungkin berubah selama permunculan emosi. Keadaan emosi yang
menyenangkan dan reaksi berfungsi sebagai alat pembantu untuk mencerna,
sedangkan perasaan tidak enak menghambat pencernaan.Gangguan emosi dapat
menjadi penyebab kesulitan berbicara. Hambatan-hambatan dalam berbicara
tertentu telah ditemukan bahwa tidak disebabkan oleh kelainan dalam organ
berbicara.Ketegangan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang
menjadi gagap.Sikap takut, malu-malu merupakan akibat dari ketegangan emosi dan
dapat muncul dengan hadirnya individu tertentu.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
emosi peserta didik, antara lain :
1.
Pola asuh orang
tua
Pola
asuh orang tua terhadap anak bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang
dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja, sehingga ada yang bersifat
otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga dengan penuh cinta
kasih. Perbedaan pola asuh dari orang tua seperti ini dapat berpengaruh
terhadap perbedaan perkembangan emosi peserta didik.
2.
Pengalaman
traumatik
Kejadian-kejadian
traumatis masa lalu dapat mempengaruhi perkembangan emosi seseorang. Dampaknya,
jejak rasa takut dan sikap terlalu waspada yang ditimbulkan dapat berlangsung
seumur hidup. Kejadian-kejadian traumatis tersebut dapat bersumber dari
lingkungan keluarga ataupun lingkungan di luar keluarga (Astuti, 2005).
3.
Tempramen
Temperamen
dapat didefinisikan sebagai suasana hati yang mencirikan kehidupan emosional.
Hingga tahap tertentu masing- masing individu memiliki kisaran emosi
sendiri-sendiri, temperamen merupakan bawaan sejak lahir, dan merupakan bagian
dari genetik yang mempunyai kekuatan hebat dalam rentang kehidupan manusia
(Astuti, 2005).
4.
Jenis kelamin
Perbedaan
jenis kelamin memiliki pengaruh yang berkaitan dengan adanya perbedaan hormonal
antara laki- laki dan perempuan, peran jenis maupun tuntutan sosial yang
berpengaruh pula terhadap adanya perbedaan karakteristik emosi diantara
keduanya (Astuti, 2005).
5.
Perubahan
jasmani.
Perubahan
jasmani ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan yang sangat cepat dari anggota
tubuh. Pada taraf permulaan petumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian
tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan
tubuh ini sering mempunyai akibat yang tidak terduga pada perkembangan emosi
peserta didik. Tidak setiap peserta didik dapat menerima perubahan kondisi
tubuh seperti ini, lebih-lebih perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit
yang menjadi kasar dan penuh jerawat. Hormon-hormon tertentu mulai berfungsi
sejalan dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat menyebabkan
rangsangan di dalam tubuh peserta didik dan seringkali menimbulkan masalah
dalam perkembangan emosinya.
6.
Perubahan
Interaksi dengan Teman Sebaya.
Peserta
didik sering kali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan
cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dengan membentuk semacam geng.
Interaksi antar anggotanya dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens
serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Fakor yang
sering menimbulkan masalah emosi pada masa ini adalah hubungan cinta dengan
teman lawan jenis.
7.
Perubahan
Pandangan Luar.
Ada
sejumlah perubahan pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik konflik
emosional dalam diri peserta didik, yaitu:
a.
Sikap dunia luar
terhadap peserta didik sering tidak konsisten
b.
Dunia luar atau
masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untukpeserta didik
laki-laki dan perempuan.
c.
Seringkali
kekosongan peserta didik dimamfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab.
8.
Perubahan
Interaksi dengan Sekolah.
Sekolah
merupakan tempat pendidikan yang sangat diidealkan oleh pererta didik. Para
guru merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka karena selain
tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta
didiknya. Oleh karena itu tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh,
bahkan lebih takut kepada guru daripada kepada orang tuanya. Posisi guru disini
amat strategis apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak melalui
penyampaian materi-materi yang positif dan konstruktif.
D.Manfaat Emosi
Emosi
memiliki beberapa manfaat, diantaranya :
a. Survival
yaitu
emosi yang berfungsi sebagai perjuangan untuk bertahan hidup. (sebagai contoh
ketika seseorang lapar maka tergeraklah orang itu untuk berkerja / mencari
makan).
b. Messeger
yaitu
emosi merupakan sebagai pembawa pesan. (Pada saat melihat wajah teman yang
sedang sedih, tentu kita tidak bisa bergurau sembarangan seperti pada saat
teman kita nampak sedang bergembira).
c. Balancer
yaitu
emosi sebagai penyeimbang hidup. (Ketika sedih kehilangan orang yang dicintai
lalu kita menangis. Atau melihat kejadian lucu kita tertawa).
d. Reinforcer
yaitu
berfungsi untuk memperkuat pesan atau informasi yang disampaikan. (Sewaktu
mengatakan kalimat “Apakah anda mengerti maksud saya?” dengan nada biasa atau
datar. Beda dengan “Anda mengerti tidak maksud saya?!” dengan nada marah sambil
menunjuk-nunjuk orang yang ditanya.
e. Energizer
yaitu
emosi sebagai pembangkit energi, yang memberikan kegairahan dalam kehidupan
manusia. (ketika kita mencintai orang di satu kantor, tentu kita akan
bersemangat datang untuk bekerja. Atau sebaliknya jika kita putus cinta maka
merasa hari-hari suram dan tidak berenergi untuk bekerja).
E.Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional (bahasa Inggris: emotional
quotient, disingkat EQ) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai,
mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Dalam
hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan. Sedangkan,
kecerdasan (intelijen) mengacu pada kapasitas untuk memberikan alasan
yang valid akan suatu hubungan.
Istilah “kecerdasan emosional” pertama
kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh dua orang psikolog, yakni Peter Salovey
dan John Mayer. Kecerdasan emosional (EQ) belakangan ini dinilai tidak
kalah penting dengan kecerdasan intelektual (IQ).
Bahkan, di dalam sejumlah ulasan tentang
kecerdasan emosional, dikemukakan kecerdasan emosional jauh lebih penting
daripada kecerdasan dan kemampuan intelektual seseorang dalam mempengaruhi
kesuksesan hidupnya. Salah satu hal yang mendasari pandangan ini adalah gejolak
perasaan sangat mempengaruhi proses berpikir. Misalnya, saat individu sedang
marah, konsentrasinya mulai terganggu dan kemudian mempengaruhi proses
pengambilan keputusan.
Berikut ini, terdapat definisi
kecerdasan emosional menurut para ahli sebagai mana dicatat oleh Achmad Pathoni
:
1. Dalam
buku karya Shapiro, Salovey dan Mayer mendefisinikan kecerdasan emosional sebagai “ himpunan
bagian dari kecerdasan yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi
baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah semuanya dan
menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan”.
2. Menurut
Jeane Segal, kecerdasan emosional adalah hubungan pribadi antar pribadi
yang bertanggung jawab atas harga diri, kesadaran diri, kepekaan sosial dan
kemampuan adaptasi sosial.
3. Menurut
Robert K Cooper dalam bukunya menjelaskan bahwa kecerdasan emosional
adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menetapkan daya dan
kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang
manusiawi.
F.Dimensi Kecerdasan Emosional
Menurut Peter Salovey terdapat 5 (lima)
dimensi EQ. Apabila seorang individu menguasai kompetensi yang menyebar pada
kelima dimensi EQ tersebut, akan membuat seseorang menjadi lebih paham terhadap
pribadinya atau memiliki kecerdasan emosional (Goleman, 2003: 58). Kelima
dimensi itu adalah mengenali emosi diri (self awareness), mengelola
emosi (self regulation), memotivasi diri sendiri (motivation),
mengenali emosi orang lain (empathy), dan membina hubungan atau
keterampilan sosial (social skill).
1.
Self awareness,
artinya mengetahui keadaan dalam diri, hal-hal yang lebih disukai, dan intuisi.
Kompentensi dalam dimensi pertama adalah mengenali emosi sendiri, mengetahui
kekuatan dan keterbatasan diri, dan keyakinan akan kemampuan sendiri.
2.
Self regulation,
artinya mengelola keadaan dalam diri dan sumber daya diri sendiri. Kompetensi
dimensi kedua ini adalah menahan emosi dan dorongan negatif, menjaga norma
kejujuran dan integritas, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, luwes
terhadap perubahan, dan terbuka terhadap ide-ide serta informasi baru.
3.
Motivation,
artinya dorongan yang membimbing atau membantu peraihan sasaran atau tujuan.
Kompetensi dimensi ketiga adalah dorongan untuk menjadi lebih baik,
menyesuaikan dengan sasaran kelompok atau organisasi, kesiapan untuk
memanfaatkan kesempatan, dan kegigihan dalam memperjuangkan kegagalan dan
hambatan.
4.
Empathy,
yaitu kesadaran akan perasaan, kepentingan, dan keprihatinan orang. Dimensi
ke-empat terdiri dari kompetensi understanding others, developing others,
customer service, menciptakan kesempatan-kesempatan melalui pergaulan dengan
berbagai macam orang, membaca hubungan antara keadaan emosi dan kekuatan
hubungan suatu kelompok.
5.
Social skills,
artinya kemahiran dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki oleh orang lain.
Diantaranya adalah kemampuan persuasi, mendengar dengan terbuka dan memberi
pesan yang jelas, kemampuan menyelesaikan pendapat, semangat leadership,
kolaborasi dan kooperasi, serta team building.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kata "emosi" diturunkan dari
kata bahasa Perancis, émotion, dari émouvoir, 'kegembiraan' dari bahasa Latin
emovere, dari e- (varian eks-) 'luar' dan movere 'bergerak'. Emosi dapat berupa
perasaan amarah, ketakutan, kebahagiaan, cinta, rasa terkejut, jijik, dan rasa
sedih.
Emosi terkait dengan perubahan
intrapersonal dan interpersonal. Dimana intrapersonal berhubungan dengan
mengelola diri secara pribadi, seperti analisa diri dan refleksi. Sedangkan
interpersonal berhungan dengan kemampuan untuk bekerja secara efektif dengan
orang lain, memelihara dan menjaga hubungan dengan orang lain.
Perkembangan emosi merupakan salah satu
faktor yang turut menentukan keberhasilan individu dalam kehidupan. Terdapat
beberapa kategori dalam karakteristik perkembangan emosi, yaitu : karakteristik
perkembangan bayi, anak-anak, masa remaja dan dewasa yang masing-masing
memiliki karakteristik berbeda.
Dalam perkembangan emosi, terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhinya, antara lain : pengaruh keadaan individu
sendiri, konflik-konflik dalam proses perkembangan, sebab-sebab lingkungan dan hubungan
antara emosi dan tingkah laku serta pengaruh emosi terhadap tingkah laku. Disamping
itu, emosi memiliki bebera manfaat diantaranya : survival, messeger, balancer,
reinforcer, dan energizer.
Dalam materi ini, selain emosi dibahas
pula keadaan emosional. Keadaan emosional adalah kemampuan seseorang untuk
menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di
sekitarnya. Keadaan emosional memiliki 5 dimensi yaitu, mengenali emosi diri (self
awareness), mengelola emosi (self regulation), memotivasi diri
sendiri (motivation), mengenali emosi orang lain (empathy), dan
membina hubungan atau keterampilan sosial (social skill).
3.2. Saran
Penulis berharap, dengan adanya
pembahasan konsep, manfaat, faktor, dan karakteristik perkembangan pada peserta
didik dalam makalah ini dapat menambah wawasan pembaca agar mengerti tentang
materi terkait, agar dapat berguna untuk pembaca dalam hal mengajar atau
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
http://amry90.blogspot.co.id/2013/09/perkembangan-emosi-psikologi.html?m=1
http://baranusapendidikan.blogspot.co.id/2013/09/perkembangan-emosi.html?m=1
http://belajarpsikologi.com/arti-penting-kecerdasan-emosi-eq/
http://chatroks.blogspot.co.id/2010/11/karakteristik-perkembangan-emosi-nilai.html?m=1
http://firdausremistael.blogspot.co.id/2012/02/perkembangan-emosi-manusia.html?m=1
http://gegarane.blogspot.co.id/2011/10/kecerdasan-emosional.html
http://karyaanakbangsa-helbeh.blogspot.co.id/2012/10/perkembangan-emosi-pada-orang-dewasa.html?m=1
http://melyloelhabox.blogspot.co.id/2013/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
http://paudjateng.xahzgs.com/2015/09/mempengaruhi-perkembangan-emosional-anak.html
http://susimardiyanti.blogspot.co.id/2013/02/emosi-dan-motivasi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_emosional
https://mellyhandayanicyrus.wordpress.com/2015/05/16/perkembangan-emosional-aud/
https://smpnegeri2tebingtinggi.wordpress.com/2009/07/18/%E2%80%9Ckecerdasan-emosional-emotional-intelligence%E2%80%9D/
0 komentar:
Posting Komentar