TUGAS
ANALISIS
JURNAL FILSAFAT ILMU
“FILSAFAT,
ETIKA DAN ILMU: UPAYA MEMAHAMI HAKIKAT ILMU DALAM KONTEKS KEINDONESIAAN”
Disusun
Oleh :
Dea Tita Hastika
(20158300219)
Dosen Pengampu :
Andy Ahmad, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
STKIP KUSUMA NEGARA
JAKARTA
2016
A.
Kasus
·
Judul :
FILSAFAT, ETIKA DAN ILMU : Upaya Memahami Hakikat Ilmu dalam Konteks Keindonesiaan
·
Penulis :
Sri Rahayu Wilujeng
·
Sumber :
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika/article/view/5313
B.
Ringkasan Jurnal
Pendahuluan
Imanuel Kant (1724-1802) menuliskan kalimat mutiara pada batu nisan
makamnya, yang diartikan :
“Setinggi-tinggi
bintang di langit masih tinggi moralitas di dada manusia.” Menurut Kant
kelebihan dan keunggulan manusia dibandingkan dengan makhluk lain adalah pada
moralnya. Francis Bacon seorang Empirisme Inggris mengagungkan semboyan “Knowledge
is power”. Kepercayaan dan memujaan akal yang berlebihan masih terus berlangsung
sampai sekarang. Namun ada pertanyaan yang mendasar sehubungan dengan hal ini,
apakah benar yang menjadi keunggulan manusia itu adalah akalnya, sehingga
aspek-aspek manusia yang lain tidak perlu dihiraukan? Bagaimana dengan dampak
negatif dari ilmu pengetahuan.
Di dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan dunia akademis di
Indonesia semboyan Francis Bacon “knowledge
is power” sebaiknya direvisi
menjadi “knowledge is power
but moral is more”.
Filsafat
Kata filsafat berasal dari
bahasa Yunani “philosophia” dari kata “philos” artinya cinta dan
“Sophia” artinya pengetahuan yang bijaksana. Kemunculan filsafat pada
abad ke 5SM merupakan pendobrakan terhadap dominasi jaman mitos atas klaim
kebenaran. Pada masa ini akal mulai digunakan dalam upaya mencari kebenaran,
sebagai sarana mencari kebenaran, sebagai sumber kebenaran. Sejarah pemikiran
memasuki jaman baru yaitu jaman Logos. Filsafat dikatakan sebagai mother
of science.
Filsafat mempunyai dua pengertian: Pertama filsafat sebagai produk:
mengandung arti filsafat sebagai jenis ilmu pengetahuan, konsep-konsep, teori,
sistem aliran yang merupakan hasil proses berfilsafat. Kedua filsafat sebagai
suatu proses, dalam hal ini filsafat diartikan sebagai bentuk aktivitas berfilsafat
sebagai proses pemecahan masalah dengan menggunakan cara dan metode tertentu.
Tidak semua kegiatan berpikir adalah suatu aktivitas berfilsafat.
Kegiatan berpikir secara kefilsafatan ilmu memiliki ciri-ciri: Kritis Radikal-Konseptual-Koheren-Rasional-Spekulatif-Sistematis-Komprehensif-Bebas-Universal.
Adapun cabang filsafat yang pokok adalah: Ontologi-Epistemologi-Metodologi-Logika-Etika-Estetika.
Cabang-cabang filsafat ini masih memiliki sub seperti: filsafat sosial,
filsafat politik, filsafat kukum, filsafat ekonomi, filsafat agama, dan
lingkaran ketiga seperti: filsafat ilmu, filsafat kebudayaan, filsafat bahasa,
filsafat lingkungan.
Etika
(Filsafat Moral)
Etika adalah cabang dari filsafat yang membicarakan tentang nilai
baik-buruk.Etika membicarakan tentang pertimbangan-pertimbangan tentang
tindakan-tindakan baik buruk, susila tidak susila dalam hubungan antar manusia.
Ada perbedaan antara etika dan moral. Moral lebih tertuju pada
suatu tindakan atau perbuatan yang sedang dinilai, bisa juga berarti sistem
ajaran tentang nilai baik buruk. Sedangkan etika adalah adalah pengkajian
secara mendalam tentang sistem nilai yang ada, Jadi etika sebagai suatu ilmu
adalah cabang dari filsafat yang membahas sistem nilai (moral) yang berlaku.
Moral itu adalah ajaran system nilai baik-buruk yang diterima sebagaimana
adanya, tetapi etika adalah kajian tentang moral yang bersifat kritis dan
rasional.
Moral berkaitan dengan penilaian baik-buruk mengenai hal-hal yang
mendasar yang berhubungan dengan nilai kemanusiaan, sedang etika/etiket
berkaitan dengan sikap dalam pergaulan, sopan santun, tolok ukur penilaiannya
adalah pantas-tidak pantas. Di samping itu ada istilah lain yang berkaitan
dengan moral, yaitu norma. Norma adalah nilai yang menjadi milik bersama dalam
suatu masyarakat yang telah tertanam dalam emosi yang mendalam sebagai suatu
kesepakatan bersama.
Fenomena yang terjadi dalam masyarakat Indonesia dewasa ini adalah
masyarakat hanya takut pada norma hukum yang mempuyai sangsi yang jelas dan
tegas yang pelaksanaannya berdasarkan kekuatan memaksa. Sedang norma moral yang
pelaksanaan-nya berdasarkan kesadaran sebagai manusia, tidak ada sangsi yang nyata mulai ditinggalkan. Esensi
pembeda antara manusia dan makhluk lain adalah pada aspek moralnya. Pada
morallah manusia menemukan esensi kemanusiaannya, sehingga etika dan moral
seharusnya menjadi landasan tingkah laku manusia debgan segala kesadarannya.
Ketika norma moral (moralitas) tidak ditakuti/dihargai maka
masyarakat akan kacau. Norma moral muncul sebagai kekuatan yang amat besar
dalam hidup manusia. Norma moral lebih besar pengaruhnya dari pada
norma sopan santun, bahkan dengan norma hukum yang merupakan produk dari
penguasa. Atas dasar norma morallah orang mengambil sikap dan menilai norma
lain.
Secara umum yang membedakan manusia dengan binatang adalah pada akalnya.
Akal mempunyai dua aspek dalam penggunaannya jika digunakan secara benar akan
meningkatkan taraf kemanusiaaannya, tetapi jika digunakan secara tidak benar akan
menurunkan derajat manusia menjadi binatang bahkan lebih rendah dari binatang.
Evolusi kehidupan yang digambarkan oleh Darwin lebih didasarkan
pada pertimbangan biologi. Akan lebih
baik jika proses evolusi ini dilanjutkan dengan didasarkan pertimbangan
humanis-filosofis.
Dengan demikian akhir dari evolusi kehidupan ini akan menggambarkan
sebagai manusia baik yang terdiri dari unsur: benda mati+hidup (berkembang)+nafsu+akal+moral.
Kekuatan moral dibutuhkan untuk mengendalikan akal dan nafsu sehingga kehidupan
manusia menjadi lebih bermakna.
Manusia harus bermoral/beretika karena manusia makhluk yang
berakal, segala perbuatan, tindakan, dan perkataan manusia harus
dipertanggungjawabkan.Norma moral itu berlaku mutlak, tetapi tidak memaksa.
Norma moral berlaku bagi semua manusia, tidak berlaku bagi hewan, karena hanya
manusia yang berakal.
Moral dan etika hanya dikenakan pada manusia yang akalnya
berfungsi, manusia yang mempunyai kesadaran (kesadaran dalam hal ini berarti
psikologis-filosofis). Penilaian hanya
ditujukan bagi manusia yang mempunyai akal dan sudah mempunyai
kesadaran.
Alasan dasar dan rasional mengapa manusia harus menggunakan
moral/etika sebagai landasan segala tindakannya adalah karena dia berakal dan
mempunyai kesadaran.
Sebagai contoh: Ada seekor kucing yang lapar, di depannya ada
makanan yang biasa dimakannya, tanpa banyak pertimbangan dia tentu akan segera
menyantapnya. Berbeda dengan manusia, walaupun ia lapar di hadapannya ada
makanan lezat ia tidak akan langsung menyantapnya. Moral mutlak berlaku bagi manusia
dalam hidup bersama. Manusia adalah makhluk yang berbudaya.
Ilmu Pengetahuan dan Etika
Ilmu pengetahuan dalam bahasa Inggris science, bahasa latin scientia
berarti mempelajari atau mengetahui. Ilmu pengetahuan berbeda dengan
pengetahuan (episteme). Ilmu pengetahuan bisa berasal dari pengetahuan
tetapi tidak semua pengetahuan itu adalah ilmu. Ada beberapa syarat suatu
pengetahuan dikategorikan ilmu. Menurut I.R. Poedjowijatno ilmu pengetahuan memiliki beberapa syarat: berobjek
, bermetode, sistematis, dan universal. Adapun ilmu pengetahuan memilki
beberapa sifat: terbuka, milik umum, objektif, dan relatif.
Nilai-Nilai dalam Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan terdapat masalah
mendasar yang sampai sekarang menjadi perdebatan panjang yaitu masalah apakah
ilmu itu benar nilai atan tidak. Ada dua
sikap dasar, pertama kecederungan puritan-elitis, yang beranggapan bahwa ilmu
itu bebas nilai, bergerak sendiri (otonom) sesuai dengan hukum-hukumnya. Tujuan
ilmu pengetahuan adalah untuk ilmu pengetahuan itu sendiri. Motif dasar dari
ilmu pengetahuan adalah memenuhi rasa ingin tahu dengan tujuan mencari
kebenaran. Sikap seperti ini dimotori oleh Aristoteles yang kemudian
dilanjutkan oleh ilmuwan-ilmuwan ilmu alam.
Yang ke dua kecenderungan pragmatis.
Ilmu pengetahuan tidak hanya semata-mata mencari kebenaran tetapi untuk memecahkan
persoalan hidup manusia. Kebenaran ilmiah tidak hanya logis-rasional, empiris,
tetapi juga pragmatis. Kebenaran tidak ada artinya kalau tidak berguna bagi
manusia. Semboyan dasar dasar dari sikap pragmatis ini adalah bahwa ilmu
pengetahuan itu untuk manusia.
Kedua kubu yang bertentangan mempunyai asumsi yang berbeda. Jalan keluar dari kemelut ini adalah sintesis
keduanya. Berkaitan dengan ilmu harus dibedakan
Context of justification dan context of discovery. Context of justifiction adalah konteks
pengujian ilmiah terhadap hasil penelitian ilmiah dan kegiatan ilmiah sedangkan
Context of discovery adalah konteks di mana ilmu pengetahuan itu
ditemukan.
Ilmu pengetahuan dalam kontek keIndonesiaan
Tradisi kegiatan ilmiah di Indonesia memang belum mapan sebagaimana
tradisi di dunia Barat. Bangsa Indonesia mempunyai sistem nilai sendiri yang
melandasi berbagai bidang kehidupan termasuk kehidupan ilmiah. Pancasila
sebagai core value dalam kehidupan ilmiah adalah suatu imperative
Ilmu dalam konteks pengujian, dalam proses dalam dirinya sendiri memang harus
bebas nilai, objektif rasional, namun di dalam proses penemuannya dan penerapannya
ilmu tidak bebas nilai. Ilmu harus memperhatikan nilai-nilai yang ada dan berlaku
di masyarakat. Ilmu harus mengemban misi yang lebih luas yaitu demi peningkatan
harkat kemanusiaan. Ilmu harus bermanfaat bagi manusia, masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia.
Ilmu yang dikembangkan harus tetap objektif bermanfaat bagi seluruh
umat manusia dan tidak boleh bertentangan dengan nilai Pancasila, yaitu nilai
teositas, nilai humanitas, nilai
integritas kebangsaan, nilai demokrasi dan nila keadilan sosial.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
mengandung makna bahwa manusia tidak hanya semata-mata mengakui dan menghargai
kemampuan rasionalitas manusia semata tetapi juga menginsyafi bahwa ada kekuatan
lain yang lebih besar. Manusia tidak hanya dihargai karena aktifitas akalnya
saja tetapi juga aspek-aspek lain yang irrasional. Sila kemanusiaan yang adil
dan beradab, mengandung makna bahwa ilmu
pengetahuan harus dikembalikan pada fungsi semula utuk kemanusiaan, tidak hanya
untuk kelompok atau sector tertentu. Sila Persatuan Indonesia, mempuyai
makna bahwa ilmu pengetahuan walaupun bersifat universal harus juga mengakomodasikan
yang lokal sehingga berjalan harmonis.
Ilmu pengetahuan yang dikembangkan tidak boleh menghancurkan dan membahayakan
integritas nasional bangsa Indonesia. Sila ke empat mengandung pengertian bahwa
ilmu pengetahuan yang dikembangkan tidak boleh hanya diputuskan atau dikendalikan
segelintir orang. Berbagai pendapat para pakar di bidangnya harus
dipertimbangkan, sehingga menghasilkan suatu
pertimbangan yang representatif
untuk harus mengakomodasi rasa
keadilan bagi rakyat banyak.
Ilmu itu bebas nilai, tetapi kegiatan keilmuan itu dilaksanakan
oleh ilmuwan dibawah suatu
lembaga/otoritas akademis yang menyangkut berbagai kepentingan, maka harus ada
nilai-nilai yang menjadi ruh yang mengendalikannya. Dibutuhkan suatu etika ilmiah bagi ilmuwan, sehingga ilmu tetap
berjalan pada koridornya yang benar. Sikap ilmiah harus dimiliki oleh setiap ilmuwan.
Ada beberapa sikap ilmiah yaitu, kejujuran dan kebenaran, tanggung jawab,
setia, sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap independen/mandiri, sikap terbuka,
sikap rela menghargai karya& pendapat orang lain, dan sikap menjangkau
kedepan
C.
Analisis kritis dan Solusi
Analisis
kritis
Jurnal ini lebih membahas pada etika yaitu filsafat moral yang
kaitannya dengan bangsa Indonesia. Ada ilmuwan yang memberikan statement
tentang kekuatan dari akal, mereka memuja dan mempercayai akal secara
berlebihan. Mereka beranggapan bahwa akar adalah segala-galanya. Tapi saya
setuju dengan pendapat atau statement dari Imanuel Kant yang mengatakan bahwa “Setinggi-tinggi
bintang di langit masih tinggi moralitas di dada manusia”. Artinya, moral
merupakan hal penting, hal utama yang ada pada manusia yang perlu untuk
diperhatikan.
Dengan adanya kemajuan zaman, maka semakin bertambahlah pengetahuan
manusia untuk menciptakan suatu ilmu pengetahuan teknologi yang modern. Namun,
itu semua tidak berarti apa-apa jika tidak diiringi oleh moral. Dewasa ini
manusia berlomba-lomba untuk menambah pengetahuannya, namun tidak untuk
menambah nilai moral yang ada dalam dirinya.
Akal merupakan pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Namun
moralitas merupakan hal penting juga yang membedakan manusia dengan makhluk
lainnya. Dengan adanya moralitas, maka kita dapat menemukan hakekat sebenarnya
dari kemanusiaan. Untuk apa kita memiliki pengetahuan yang banyak namun
perilaku kita tidak mencerminka manusia bermoral. Itu berarti kita sama saja
dengan binatang, apabila dalam melakukan sesuatu hal tanpa disertai moral.
Orang-orang hanya mementingkan dan takut kepada norma hukum, bukan
kepada norma moral yang sudah seharusnya dimiliki oleh setiap manusia.
Orang-orang sudah tidak lagi mementingkan tentang moral.
Solusi
Solusi untuk
mengatasi permasalahan ini adalah dengan memperhatikan, mempelajari,
mengajarkan serta selalu mengingatkan bahwa moral merupakan hal penting yang
harus tetap dijaga meskipun terjadi
perubahan ke zaman yang lebih modern.
0 komentar:
Posting Komentar