Jumat, 27 Januari 2017

LAPORAN OBSERVASI : PERKEMBANGAN DAN BIMBINGAN PESERTA DIDIK

LAPORAN OBSERVASI

Disusun sebagai salah satu tugas observasi
PERKEMBANGAN DAN BIMBINGAN PESERTA DIDIK

“PENYESUAIAN PESERTA DIDIK BARU SMPN 3 CIBINONG”

Disusun Oleh  :

              Dea Tita Hastika
               (20158300219)


Dosen Pengampu :
Chairunnisa, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
STKIP KUSUMA NEGARA
JAKARTA
2016


KATA PENGANTAR


            Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, juga untuk para keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman. Karena atas rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas observasi di SMPN 3 Cibinong untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan dan Bimbingan Peserta Didik.
            Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Chairunnisa, M.Pd. selaku dosen pengampu, guru SMPN 3 Cibinong dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan observasi ini. Adapun penyusunan materi dalam laporan ini disesuaikan dengan referensi yang didapat dari buku maupun internet.
            Penulis berharap laporan ini dapat menambah pengetahuan pembaca dan memberikan gambaran mengenai observasi yang telah penulis lakukan. Sehingga pembaca dapat menggunakan laporan hasil observasi ini sebagai pedoman pendukung dalam observasi yang akan dilakukan oleh pembaca.
            Penulis menyadari bahwa laporan observasi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan berbagai saran dan kritik guna perbaikan untuk observasi di masa yang akan datang.



Bogor, 26 April 2016


                                                Penulis


DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.. i
DAFTAR ISI. ii
BAB I PENDAHULUAN.. 1
A.Latar Belakang. 1
B.Rumusan Masalah. 2
C.Tujuan Penulisan. 2
D.Tujuan Penelitian. 3
E.Metode Penelitian. 3
F.Manfaat Observasi 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. 4
A.Konsep dan Proses Penyesuaian Diri Peserta Didik Usia Sekolah Menengah. 4
B.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri 7
C.Karakteristik Penyesuaian Diri Remaja. 9
D.Masalah Penyesuaian Diri di Sekolah. 11
E.Upaya Penanganan Masalah Penyesuaian Diri Remaja. 13
BAB III PELAKSANAAN OBSERVASI. 16
A.Waktu dan Tempat Pelaksanaan. 16
B.Subyek Observasi 16
C.Variabel Observasi 16
D.Teknik Pengumpulan Data. 16
BAB III HASIL OBSERVASI. 17
A.Pembahasan Hasil Wawancara. 17
BAB III PENUTUP. 20
A.Kesimpulan. 20
B.Saran. 20
DAFTAR PUSTAKA.. 22





BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang 

Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan mental remaja. Banyak remaja yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya karena ketidak mampuannya dalam menyesuaikan diri. Kegagalan remaja dalam melakukan penyesuaian diri akan menimbulkan bahaya seperti tidak bertanggung jawab dan mengabaikan pelajaran, sikap sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri, perasaan tidak aman, merasa ingin pulang jika berada jauh dari lingkungan yang tidak dikenal, dan perasaan menyerah. Bahaya yang lain adalah terlalu banyak berkhayal untuk mengimbangi ketidakpuasannya, mundur ke tingkat perilaku yang sebelumnya, dan menggunakan mekanisme pertahanan seperti rasionalisasi, proyeksi, berkhayal, dan pemindahan.
Hidup merupakan perjuangan untuk hidup dan untuk mencapinya orang harus melakukan hal yang sesuai. Jika diperhatikan orang-orang dalam kehidupan sehari-harinya, akan terlihat bermacam-macam hal yang terjadi dikalangan masyarakat tersebut. Ada yang kelihatannya selalu gembira, walau apapun yang akan dihadapinya. Sebaliknya adapula yang sering mengeluh dan bersedih hati, tidak cocok dengan orang lain dan pekerjaannya. Disamping itu ada pula orang yang dalam hidupnya suka mengganggu orang lain, suka mengadu domba, memfitnah, menyeleweng, menganiaya, menipu dan sebagainya. Hal ini terjadi karena kurangnya masyarakat akan suatu hal untuk menjaga keharmonisan di dalam masyarakat.
Gejala-gejala yang menggelisahkan masyarakat itulah yang mendorong para ahli jiwa untuk berusaha menyelidiki apa yang menyebabkan tingkah laku orang berbeda-beda, kendatipun kondisinya sama. Usaha ini menumbuhkan suatu cabang termuda dari ilmu jiwa yaitu kesehatan. Serta dalam mempelajari kesehatan mental terdapat penyesuaian diri antara diri sendiri dengan dirinya sendiri, maupun diri sendiri dengan orang lain ataupun lingkungan. Dengan penyesuaian diri ini orang dapat dan mampu untuk mengatasi masalah dengan baik. Mampu menempatkan dirinya pada suatu hal yang berguna bagi dirinya dan orang lain dikalangan masyarakat.
Didalam penyesuaian diri ini orang harus tau betul apa yang akan dipelajari dalam hal ini. Dalam penyesuaian diri terdapat hal–hal seperti faktor penyesuaian diri, aspek penyesuaian diri, karakteristik dalam penyesuaian diri, bentuk penyesuaian diri, konsep dan proses penyesuaian diri. Hal ini harus bisa terpenuhi supaya tidak terjadi masalah didalam masyarakat.

B.RUMUSAN MASALAH

Dari pelaksanaan observasi ini penulis menyimpulkan masalah ke dalam beberapa pertanyaan pokok yaitu :
1.    Bagaimana konsep dan proses penyesuaian diri peserta didik usia sekolah menengah?
2.    Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri remaja?
3. Bagaimana karakteristik penyesuaian diri remaja dan apa saja masalah umum yang sering timbul dalam proses penyesuaian diri remaja di sekolah?[1]
4.    Upaya apa saja yang dilakukan dalam penanganan masalah penyesuaian diri remaja?

C.Tujuan Penulisan

1.    Untuk mengetahui konsep dan proses penyesuaian diri peserta didik usia sekolah menengah
2.    Untuk mengetahui beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri remaja
3. Untuk mengetahui karakteristik penyesuaian diri remaja dan apa saja masalah umum yang sering timbul dalam proses penyesuaian diri remaja di sekolah
4.    Upaya apa saja yang dilakukan dalam penanganan masalah penyesuaian diri remaja

D.Tujuan Penelitian

Untuk meneliti bagaimana penyesuaian diri peserta didik di tahun ajaran baru.

E.Metode Penelitian

Metode yang dipakai, yaitu :
1.    Observasi (datang langsung ke sekolah bersangkutan)
2.    Studi Pustaka (memperoleh informasi dari buku maupun internet)
3.    Wawancara (memperoleh informasi langsung dari pendidik)

F.Manfaat Penelitian

a)    Bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa sebagai calon guru memperoleh pengalaman baru tentang observasi dan menambah wawasan terkait penyesuaian diri peserta didik.
2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana upaya pihak sekolah dalam mengupayakan penyesuaian diri peserta didik di awal tahun ajaran baru.
b)   Bagi Guru
Guru dapat lebih mengetahui tentang bagaimana upaya mengatasi peserta didik yang baru menyesuaikan diri di lingkungan sekolah baru.



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


A.Konsep dan Proses Penyesuaian Diri Peserta Didik Usia Sekolah Menengah

a.    Konsep Penyesuaian Diri
Manusia sebagai makhluk sosial dalam memenuhi semua kebutuhan hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Salah satu bentuk interaksi itu adalah penyesuaian diri.
Dalam psikologis, penyesuaian diri disebut sebagai proses dinamika yang berkesinambungan yang dituju seseorang untuk mengubah tingkah lakunya agar muncul hubungan yang selaras antara individu dengan lingkungannya.
Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengubah diri sesuai dengan lingkungannya atau penyesuaian diri secara autoplastis dan sebaliknya mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan dirinya atau penyesuaian diri secara autoplastis. Dengan kata lain penyesuaian diri ada yang bersifat aktif, yaitu apabila individu mampu untuk mengubah dan mempengaruhi lingkungan atau sebaliknya ada yang bersifat pasif yaitu apabila individu dipengaruhi oleh lingkungan.
Menurut Sunarto, penyesuaian diri dapat dideskripsikan sebagai berikut :
a)    Penyesuaian berarti adaptasi, dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa “survive” dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah serta dapat mengadakan relasi yang memuaskan tuntutan sosial
b)   Penyesuaian diri dapat juga diartikan sebagai konformitas yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standard atau prinsip
c)    Penyesuaian diri diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasikan respon-respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik,


d)   kesulitan dan frustasi-frustasi secara efisien, sehingga individu memiliki kemampuan mengadaptasi realita hidup dengan cara yang kuat.
e)    Penyesuaian diri dapat juga diartikan sebagai penguasaan dan kematangan emosional, yaitu kematangan yang secara positif memiliki respon emosional yang tepat pada setiap situasi.
Sedangkan menurut Wardani, prinsip penyesuaian diri meliputi :
a)    Penyesuaian diri merupakan proses menyelaraskan antara kondisi diri individu sendiri dengan objek atau perangsang melalui kegiatan belajar. Proses penyelarasan merupakan usaha untuk mencocokkan atau mempertemukan antara diri individu yang didasari oleh berbagai jenis kebutuhan dengan objek berupa lingkungan fisik / rohaniah yang dilakukan melalui proses belajar sehingga akhirnya terjadi kebiasaan.
b)   Dalam proses penyesuaian diri terjadi interaksi antara dorongan dari dalam individu dengan suatu perangsang atau tuntutan lingkungan sosial. Interaksi dalam hal ini berkecenderungan positif / negatif. Positif berarti adanya penyesuaian diri yang baik / well adjusted, dalam hal ini ada kecocokan antara dorongan kebutuhan berikut cara pemenuhannya dengan tuntutan lingkungan berupa aturan, adat / norma masyarakat. Negatif berarti adanya gejala salah suai / mal adjustef, dalam hal ini adanya ketidakcocokkan atau munculnya konflik antara pemenuhan kebutuhan dengan tuntutan lingkungan. Penyesuaian diri yang sehat dapat diartikan sebagai adanya konformitas, yakni adanya kecocokan antara norma pribadi dengan norma sosial.
c)    Dalam penyesuaian diri diperlukan adanya proses pemahaman diri dan lingkungannya sehingga dapat terwujud keselarasan, kesesuaian, kecocokan dan keharmonisan interaksi diri dan lingkungan.
d)   Penyesuaian diri selalu berproses dan berkembang secara dinamis, sesuai dengan dinamika lingkungan hidup dan perkembangan dorongan keinginan individu yang sifatnya autoplastis / alloplastis. Dinamika penyesuaian diri individu berlangsung bersamaan dengan dinamika kepribadian individu dan perubahan sosial yang dapat dilihat dari segi intensitas, kuantitas maupun kualitas.
Dengan demikian dapat disimpulkan penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan lingkungan, yang dilakukan melalui usaha belajar sehingga terjadi interaksi yang bersifat positif dan berkembang secara dinamis sesuai dengan perkembangan kepribadian individu dan lingkungan hidupnya.
b.   Proses Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah proses bagaimana ndividu mendapat keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Disamping dapat dilihat dari aspek produk, yang berupa kemampuan individu dalam mereaksi realitas sosial secara harmonis dan efektif, penyesuaian diri juga dapat dilihat sebagai proses. Hal ini disebabkan karena adanya dinamika perkembangan individu pada satu sisi dan perkembangan lingkungan sosial pada sisi yang lain.
Sebagai suatu proses, perkembangan penyesuaian diri menempuh beberapa tahapan, antara lain yaitu :
a)    Adanya dorongan dari dalam diri individu untuk memenuhi kebutuhan serta untuk memiliki makna dalam kehidupan, dan adanya peluang serta tuntutan dari lingkungan.
b)   Individu mempelajari keadaan dirinya yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan yang muncul, dan pada saat yang sama juga mempelajari kondisi dan situasi lingkungan yang berkenaan dengan peluang, tuntutan dan keterbatasan-keterbatasan yang ada.
c)    Terjadi insight / pemahaman terhadap diri sendiri dan lingkungan.
d)   Individu secara dinamis melakukan upaya menginteraksikan antara dorongan, persepsi, dan kemampuan dirinya dalam memenuhi kebutuhan tersebut dengan peluang, tuntutan dan keterbatasan lingkungan.
e)    Memunculkan tindakan / perilaku sebagai hasil interaksi, yang dapat berupa tindakan positif / negatif ataupun kondisi keduanya.

B.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri

Pada dasarnya proses penyesuaian diri remaja dipengaruhi oleh faktor dari dalam dirinya / internal maupun faktor dari luar dirinya / eksternal.
Faktor internal, antara lain yaitu :
a)    Motif sosial, yaitu motif berafiliasi, motif berprestasi dan motif melakukan dominasi merupakan motif-motif yang potensial dalam mendorong individu untuk bekerja sama dan berhubungan dengan orang lain serta mengaktualisasikan kemampuan terhadap penyesuaian diri. Orang yang mempunyai motif berafiliasi yang tinggi mempunyai dorongan untuk membuat hubungan dengan orang lain, karena ada keinginan untuk disukai dan diterima, dan akan selalu berusaha supaya hubungan tersebut tetap ada.
b)   Konsep diri, yaitu bagaimana cara seseorang memandang terhadapa dirinya sendiri yang mencakup aspek fisik, fisiologis, sosial dan aspek kepribadian lainnya. Seorang remaja yang mempunyai konsep diri yang tinggi akan mempunyai kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri secara positif dari pada yang memiliki konsep diri rendah.
c)    Persepsi, adalah pengamatan dan penilaian individu terhadap objek, peristiwa dan realita kehidupan melalui proses kognisi dan afeksi untuk membentuk konsep tentang objek tersebut.
d)   Sikap remaja, adalah kecenderungan individu untuk bereaksi kearah hal-hal yang positif/negatif. Remaja yang bersikap positif terhadap sesuatu hal akan memiliki dasar penyesuaian diri yang baik dibandingkan dengan yang bersikap negatif.
e)    Intelegensi dan minat, adalah modal untuk melakukan aktivitas bernalar, menganalisis dan menyimpulkan berdasarkan pada argumentasi yang objektif rasional, yang dijadikan dasar dalam melakukan penyesuaian diri yang didukung oleh faktor minat sehingga proses penyesuaian diri berlangsung lebih efektif.
f)    Kepribadian, tipe kepribadian ekstrovert akan lebih fleksibel dan dinamis sehingga akan mudah melakukan penyesuaian diri dibandingkan dengan tipe kepribadian introvert yang kaku dan statis. Pribadi yang “wellbalance” akan lebih mudah menerima dan diterima oleh lingkungan secara wajar dibandingkan dengan pribadi yang “des equilibrium” yang sulit mengerti dan dimengerti.
Faktor eksternal, meliputi :
a)    Keluarga dan pola asuh, pola asuh keluarga yang demokratis akan memberikan peluang bagi remaja untuk melakukan proses penyesuaian diri secara efektif dibandingkan dengan pola asuh keluarga yang otoriter ataupun pola asuh yang penuh dengan kebebasan. Keluarga harmonis pula akan memberi pengaruh yang positif terhadapa penyesuaian diri remaja dibandingkan dengan keluarga yang tidak harmonis.
b)   Kondisi sekolah, kondisi sekolah yang sehat membuat remaja akan betah dan bangga terhadap sekolahnya yang memberikan dasar bagi remaja untuk berperilaku menyesuaikan diri secara harmonis di masyarakat, sebaliknya kondisi sekolah yang tidak sehat akan membuat remaja tidak betah dan sering terjadi pelanggaran hukum dan perkelahian akan membawa pengaruh yang tidak baik terhadap penyesuaian diri remaja di masyarakat.
c)    Kelompok sebaya, ada yang menguntungkan bagi perkembangan penyesuaian diri remaja apabila kegiatan bersamanya dilakukan secara terarah, terprogram dan dapat dipertanggungjawabkan secara psikologis, sosial dan moral, sebaliknya ada juga yang menghambat apabila kegiatan kelompoknya tidak dilakukan secara terarah dan tanpa tujuan yang jelas sehingga cenderung membuat kekacauan dan pelanggaran yang merugikan masyarakat.
d)   Prasangka sosial, yaitu adanya kecenderungan dari masyarakat yang menaruh prasangka buruk terhadap kehidupan remaja, seperti memberi label sukar diatur, bandel, generasi santai, semau gue, dan sebagainya sehingga akan menjadi kendala dalam perkembangan penyesuaian diri remaja yang akan memperdalam jurang kesenjangan dan merupakan sumber frustasi dan konflik.
e)    Faktor hukum dan norma sosial, adalah pelaksanaan tegaknya hukum dan norma-norma dalam masyarakat. Apabila dilaksanakan hanya sekedar slogan belaka tidak ditegakkan sebagaimana mestinya akan menimbulkan remaja yang salah suai dan sebaliknya bila dilaksanakan sesuai dengan norma yang berlaku maka akan memberikan iklim bagi timbulnya penyesuaian diri yang positif.

C.Karakteristik Penyesuaian Diri Remaja

Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin di luar dirinya. Dalam hubungannya dengan rintangan-rintangan tersebut ada individu-individu yang dapat melakukan penyesuaian diri secara positif namun adapula individu-individu yang melakukan penyesuaian diri dengan salah.
a)    Penyesuaian diri secara positif
Mereka yang tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal sebagai berikut :
1)   Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional.
2)   Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis.
3)   Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi.
4)   Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri.
5)   Mampu dalam belajar.
6)   Menghargai pengalaman.
7)   Bersifat realistik dan obyektif.
Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk, antara lain :
1)   Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung
2)   Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan)
3)   Penyesuaian dengan trial and error atau coba-coba
4)   Penyesuaian dengan substitusi (mencari pengganti)
5)   Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri
6)   Penyesuaian dengan belajar
7)   Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri
8)   perencanaan  penyesuaian dengan yang cermat
b)   Penyesuaian diri yang salah
Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan individu melakukan penyesuaian yang salah. Penyesuaian diri yang salah di tandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak realistis, agresif, dan sebagainya. Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian diri yang salah yaitu: (i) reaksi bertahan,  (ii) reaksi menyerang, dan (iii)reaksi melarikan diri.
                    i.     Reaksi bertahan (Defence Reaction)
Individu berusaha untuk mempertahankan dirinya, seolah olah tidak menghadapi kegagalan. Ia selalu berusaha untuk menunjukkan bahwa dirinya tidak mengalami kegagalan. Bentuk khusus reaksi ini antara lain :
1.    Rasionalisasi, yaitu bertahan dengan mencari-cari alasan (dalam) untuk membenarkan tindakannya.
2.    Represi, yaitu berusaha untuk menekan pengalamannya yang dirasakan kurang enak kealam tidak sadar. Ia berusaha melupakan penglamannya yang kurang menyenangkan. Misalnya seorang pemuda berusaha melupakan kegagalan cintanya dengan seorang gadis.
3.    Proyeksi, yaitu melemparkan sebab kegagalan dirinya kepada pihak lain untuk mencari alasan yang bisa diterima, misalnya seorang murid tidak lulus ujian mengatakan bahwa gurunya membenci dirinya.
4.    Sour Grapes” (anggur kecut), yaitu dengan memutar balikkan kenyataan misalnya, seorang siswa yang gagal mengetik, mengatakan bahwa mesin ketiknya rusak, padahal dia sendiri tidak bisa mengetik  dan Sebagainya.
                  ii.     Reaksi menyerang (aggressive reaction)
Orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah menunjukkan tingkah laku yang bersifat menyerang untuk menutupi kegagalannya. Ia tidak mau menyadari kegagalannya. Reaksi reaksi yang tampak dalam tingkah laku :
1.        Selalu membenarkan diri sendiri.
2.        Mau berkuasa dalam setiap situasi.
3.        Mau memiliki segalanya.
4.        Bersikap senang mengganggu orang lain.
5.        Menggertak baik dengan ucapan maupaun tindakan.
6.        Menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka.
7.        Menunjukan sikap permusuhan secara terbuka.
8.        Keras kepala dalam perbuatannya.
9.        Bersikap balas dendam.
10.    Memperkosa hak orang lain.
11.    Tindakan yang serampangan.
12.    Marah secara sadis.
                iii.     Reaksi melarikan diri ( Escape Reaction)
Dalam reaksi ini orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah  akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalannya, reaksinya tampak dalam tingkah laku sebagai berikut : berfantasi yaitu memuaskan keinginan yang tidak tercapai dalam bentuk angan-angan seolah-olah sudah tercapai, banyak tidur, minum-minuman keras, bunuh diri, menjadi pecandu ganja.

D.Masalah Penyesuaian Diri di Sekolah

Berdasarkan karakteristik penyesuaian diri remaja dan berbagai sifat komplektisitas kehidupan disekolah, ada beberapa masalah umum yang sering timbul dalam proses penyesuaian diri remaja disekolah, antara lain yaitu :
1)   Masalah pemilihan program studi
Di sekolah lanjutan atas pemilihan program studi sering tergantung pada kehendak orang tua pada satu pihak dan keputusan sekolah pada pihak lain tanpa mempertimbangkan kemampuan, bakat dan minat siswa. Hal ini membuat siswa tidak mempersiapkan diri untuk suatu program studi, akibatnya banyak siswa yang merasa tidak mampu menyesuaikan diri dengan jurusan program studinya karena tidak ada kecocokan akibatnya akan timbul melemahnya motivasi belajar, prestasi belajar yang buruk bahkan akan menyebabkan kegagalan karena tidak naik kelas
2)   Masalah menemukan cara kebiasaan belajar yang baik
Saratnya muatan kurikulum disekolah tidak jarang memberatkan siswa dalam mengejar target yang telah digariskan oleh guru/sekolah yang merupakan keharusan dalam mengantisipasi dan mengakomodasi kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kelebihan dan keterbatasannya siswa dituntut untuk menyesuaikan diri. Padahal tidak semua siswa mempunyai kapasitas bakat dan intelektual yang sama, akibatnya banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar yang dapat dilihat dari rendahnya evaluasi belajar pada tingkat sekolah maupun tingkat nasional.
3)   Masalah penyesuaian diri terhadap pergaulan sesama teman
Beraneka ragam kepribadian siswa disekolah akan terlihat pada pola dan corak prilaku mereka, hal ini menuntut kemampuan penyesuaian yang tinggi dari seorang siswa. Sikap mengerti/memahami teman, dan toleransi merupakan sesuatu yang sangat diperlukan, permasalahannya adalah bahwa siswa sekolah menengah masih dalam taraf belajar untuk bersikap demikian, mereka masih terbawa sifat egois, emosi yang belum stabil, masih ingin diperhatikan, dan sebagainya. Hal ini sering menimbulkan kesalahpahaman sehingga sering terjadi perkelahian antar pelajar yang bersumber pada solideritas yang membabi buta, fanatisme terhadap sekolah yang terlalu kuat serta penilaian harga diri yang berlebihan.
4)   Masalah penyesuaian terhadap hubungan dengan guru
Memasuki sekolah menengah akan berhadapan dengan kenyataan bahwa untuk menempuh sejumlah bidang studi ia harus berhadapan dengan sejumlah karakter kepribadian guru yang tidak sama. Hal ini mengharuskan siswa untuk mengembangkan kemampuan penyesuaian diri dengan tuntutan, harapan, dan corak kepribadian guru disekolah. Apabila tidak mampu akan menimbulkan sumber konflik hubungan guru-siswa yang akan merugikan kepentingan siswa, siswa akan benci kepada gurunya yang akan berpengaruh terhadap minat dari bidang studi yang diajarkannya.

E.Upaya Penanganan Masalah Penyesuaian Diri Remaja

Siswa usia sekolah menengah yang berada pada masa perkembangan remaja, tidak semua mampu melakukan penyesuaian diri secara positif terhadap lingkungannya sehingga akan muncul gejala-gejala perilaku salah suai / maladjusted. Perilaku salah suai yang dilakukan sebagai kenakalan remaja dapat dilihat berupa gejala-gejala yang dilakukan dari taraf yang paling ringan sampai kepada taraf yang paling berat dan melawan perbuatan hukum seperti ; berbohong memutar balikan fakta untuk tujuan menipu atau menutupi kesalahan, membolos, membawa buku-buku porno, menghisap obat – obatan terlarang, menyontek pada saat ulangan, menentang guru dan sebagainya.
Perilaku salah suai pada remaja akan berakibat negatif bagi perkembangan pribadinya maupun masyarakat. Remaja yang berperilaku salah suai muncul sebagai akibat ketidakmampuan siswa dalam melakukan penyesuaian diri secara positif terhadap lingkungan, gejala ini akan terlihat pada perilaku remaja yang tidak pernah matang / terlambat dalam cara berpikir dan bertindak sehingga cenderung kekanak-kanakan. Sedangkan akibat negatif yang ditimbulkan bagi masyarakat adalah ketidaktertiban dan ketidakamanan situasi yang diakibatkan dari perilaku salah suai tersebut. Dari lingkungan sekolah akibat negatif yang muncul dari prilaku salah suai adalah terganggunya proses belajar mengajar dalam kelas yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan pencapaian tujuan belajar.
Untuk menanggulangi masalah-masalah yang timbul dari perilaku salah suai, dapat ditempuh melalui tindakan preventif, refresif, kuratif dan rehabilitasi.
1)   Tindakan preventif
Pendekatan ini dilakukan melaui upaya mencegah timbulnya perilaku salah suai. Upaya pencegahan secara umum meliputi :
a.         Upaya mengenal ciri umum dan ciri khas perkembangan remaja.
b.        Mengetahui dan memahami jenis kesulitan yang dialami remaja.
c.         Upaya pembinaan yang mencakup ; menguatkan sikap mental remaja agar mampu mengatasi semua persoalan yang dihadapinya, memberikan pembinaan mental melalui pendidikan mental melalui pendidikan agama, budi pekerti dan etika.
d.        Menyelesaikan sarana tempat remaja mengaktualisasikan bakat dan potensinya serta menyalurkan pemenuhan kebutuhan untuk membantu perkembangan kepribadian yang optimal.
e.         Upaya memperbaiki lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga dan masyarakat.
Dengan upaya pembinaan yang terarah, diharapkan remaja akan mampu mengembangkan diri dengan baik sehingga akan dicapai keseimbangan diri yang ditandai oleh adanya keseimbangan antara aspek rasio dan emosi. Upaya pencegahan yang bersifat khusus dilakukan dalam bentuk pendidikan mental yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah, para guru dan konselor.
Layanan bimbingan konseling diharapkan dapat membantu siswa agar mampu mempunyai pengetahuan diri, pemahaman diri, penerimaan diri dan penyesuaian diri.
2)   Tindakan refresif
Tindakan refresif adalah tindakan yang berupa pemberian sanksi dan hukuman apabila perilaku salah suai telah melampaui batas toleransi norma dan moral. Di sekolah pihak yang paling berwenang dalam pemberian hukuman adalah kepala sekolah dan guru apabila berkaitan dengan proses belajar mengajar. Pada umumnya tindakan refresif diberikan dalam bentuk peringatan secara lisan maupun tertulis kepada siswa/orangtua, untuk melakukan pengawasan secara khusus yang dilakukan kepala sekolah, team guru dan konselor melalui hukuman skorsing sampai pada tingkat dikeluarkan dari sekolah.
3)   Tindakan kuratif dan rehabilitasi
Tindakan kuratif dan rehabilitasi adalah tindakan yang dilakukan sebagai upaya pengatasan melalui cara re-edukasi terhadap perilaku salah suai dalam taraf yang berat dengan bekerja sama dan melibatkan lembaga ahli dibidang psikologi dan psikiatri.


BAB III

PELAKSANAAN OBSERVASI


A.Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Observasi dilakukan pada :
Hari / Tanggal        :    Selasa, 26 April 2016
Waktu                    :    09.00 – 10.00 WIB
Tempat                   :    SMP Negeri 3 Cibinong
Alamat                   :    Jl. Raya Karadenan, Karadenan, Cibinong, Kab. Bogor.

B.Subyek Observasi

Subyek observasi yang penulis pilih sebagai narasumber observasi yaitu guru bahasa inggris sekaligus wali kelas VII-3, SMPN 3 Cibinong.

C.Variabel Observasi

Variabel observasi yang menjadi titik tolak penulis adalah bertumpu pada upaya-upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam mengatasi penyesuaian peserta didik baru di SMPN 3 Cibinong.

D.Teknik Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam melakukan wawancara hanya mellibatkan guru bahasa inggris sekaligu wali kelas 7.


BAB III

HASIL OBSERVASI


A.Pembahasan Hasil Wawancara

Pada normalnya setiap anak yang akan beranjak remaja dan menuju kedewasaan pasti mengalami pertumbuhan ataupun perkembangan dalam dirinya. Sehingga, dalam pertumbuhan dan perkembangan anak itu pastilah ia akan mengalami penyesuaian diri dan ia dituntut untuk bisa menyesuaikan dirinya dengan keaadaan baru yang mungkin akan baru ia rasakan ketika beranjak remaja.
Berdasarkan observasi yang telah penulis lakukan, ternyata terdapat beberapa masalah penyesuaian diri yang timbul ketika mulainya tahun ajaran baru di sekolah, yaitu ketika masuknya peserta didik / siswa baru yang akan beradaptasi dengan lingkungan barunya di sekolah menengah pertama atau SMP. Peralihan antara peserta didik sekolah dasar yang baru memasuki sekolah menengah pertama ternyata mencirikan beberapa sikap yang masih dimilikinya ketika ia di sekolah dasar.
Pada penuturan ibu Hj. Indah Harjanto, M.Pd selaku guru bahasa inggris sekaligus wali kelas untuk kelas VII-3 atau kelas 1 SMP, menurutnya peserta didik sekolah dasar yang baru memasuki lingkungan sekolah menengah mengalami beberapa kesulitan penyesuaian diri, diantaranya adalah mata pelajaran yang baru mereka rasakan ketika di SMP. Bagi mereka yang memiliki kelemahan dalam mencerna pelajaran baru ini pasti akan mengalami kesulitan untuk menerima setiap materi yang diberikan oleh guru kepadanya. Mereka yang memiliki basic menghitung rendah juga akan mengalami kesulitan menghitung dalam menghadapi matematika di sekolah menengah. Lalu, pelajaran ipa dan ips yang biasa mereka pelajari di sekolah dasar ketika di sekolah menengah akan bercabang lagi menjadi kimia, fisika, biologi dan sejarah, ekonomi serta geografi. Ternyata ini menjadi tantangan tersendiri bagi mereka yang memiliki basic lemah dalam belajar.
Selain mata pelajaran yang baru mereka dapati, cara belajar punya menjadi permasalahan yang sulit untuk dihilangkan langsung. Pasalnya mereka yang kelas VII atau kelas 1 ini merupakan peralihan dari kelas 6 SD yang pada dasarnya masih senang untuk bermain-main serta bercanda dan selalu hiperaktif tidak bisa diam. Cara belajar yang biasa mereka lakukan di sekolah dasar, masih terbawa pada semester 1 di kelas VII. Contohnya, ketika guru sedang menjelaskan pelajaran didepan kelas selalu ada siswa yang tidak bisa diam, baik itu ia jalan-jalan ke bangku temannya ataupun selalu mengobrol dan tertawa dengan keras layaknya anak-anak di sekolah dasar. Terlihat juga ketika pada mata pelajaran yang kosong tidak ada guru, mereka akan bermain-main dengan mengetuk-ngetuk bangku ataupun meja, serta selalu berlarian keluar kelas yang membuat kelas disampingnya menjadi terganggu konsentrasi belajarnya.
Permasalahan lain yang muncul adalah tidak aktifnya ketika KBM dimulai. Terdapat beberapa siswa yang masih belum bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya, seperti mereka masih kerap kali diam ketika guru sedang menanyakan suatu materi kepadanya. Terdapat beberapa siswa yang malu-malu, padahal ia dapat dikategorikan anak yang cerdas namun ia masih seringkali malu untuk menjawab pertanyaan dari guru dan itu mungkin dikarenakan ia masih belum bisa menyesuaikan diri dengan suasana kelas. Selain itu, terdapat beberapa siswa yang lebih memilih diam dikelas atau diam dibangkunya tanpa berbaur dengan teman lainnya. Itu bisa saja dikarenakan ia masih takut, dan masih belum bisa menyesuaikan diri dengan teman-teman barunya.
Permasalahan selanjutnya adalah tentang absensi kehadiran di kelas. Ada salah satu siswa, yang memang ia seorang pendiam dan cenderung lemah dalam menerima materi pembelajaran. Namanya adalah Bintang, ia seringkali tidak masuk sekolah tanpa keterangan. Sampai pada akhirnya, ketika wali kelas menghubungi orang tua siswa itu ternyata alasannya adalah takut. Ia berkata takut karena ia tidak bisa dan tidak mengerti bagaimana cara untuk bersosialisasi dengan teman sekelasnya. Ia malu untuk berbicara terlebih dahulu kepada temannya, alhasil ia menjadi anak yang pendiam dan tidak banyak mengobrol seperti teman kelasnya yang lain. Ia juga mengatakan bahwa ia sama sekali tidak mengerti materi pelajaran yang ia terima, sehingga membuatnya seringkali membolos tidak masuk. Adapun upaya yang telah dilakukan guru-guru kepada Bintang adalah membujuknya kembali untuk bisa masuk sekolah dan lebih bisa berkenalan dengan teman sekelasnya dengan dibantu oleh guru-guru ketika mengajar dikelas. Guru-guru pun bekerja sama dengan orang tua Bintang untuk memberikan motivasi kepadanya agar tidak malas untuk masuk sekolah dan tidak mengizinkannya untuk membolos.
Pada akhirnya Bintang kembali masuk sekolah dengan rajin, namun ketika masuk semester 2 ia pindah sekolah dikarenakan orangtuanya berpindah tugas ke Bandung. Sangat disayangkan, karena ia sudah mulai bisa untuk menyesuaikan dirinya terhadap teman dan guru-guru dikelas tapi sudah harus menyesuaikan dirinya kembali ditempat barunya itu.
Lalu bagaimana upaya yang dilakukan oleh guru-guru di SMPN 3 Cibinong untuk mengatasi permasalahan siswa baru yang sering terjadi di awal tahun ajaran baru? Sebagaimana penuturan dari ibu Hj. Indah Harjanto, M.Pd, karena permasalahan ini seringkali terjadi makan guru-guru disini telah memiliki trik khusus tersendiri dalam menyikapinya. Untuk ibu Hj. Indah Harjanto, M.Pd sendiri, beliau mengatakan bahwa dirinya harus bersabar untuk menghadapi sikap peserta didiknya yang baru tersebut. Dengan selalu memiliki kesabaran dalam mengajar, dan harus dengan perlahan dan metode pembelajaran yang khusus agar siswa-siswa dapat menerima dengan mudah pelajaran yang diberikan olehnya. Selain itu dilakukan peneguran-peneguran kecil pada siswa yang sering bermain-main dan suka bercanda tanpa harus mengikutsertakan kekerasan didalamnya. Cukup dengan teguran halus yang bisa membuatnya mengerti untuk tidak berisik ketidak KBM berlangsung.


BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Pada observasi ini menunjukan bahwa timbul berbagai macam masalah pada peserta didik baru yang mengalami masa transisi SD ke SMP. Sebagian mereka yang memang belum siap, mereka masih saja membawa sifat asalnya yaitu sifat saat mereka masih duduk di sekolah dasar.
Permasalahan ini kerap kali muncul pada masa awal tahun ajaran baru di sekolah menengah, alasannya karena proses perkembangan peserta didik yang masih anak-anak menuju proses keremajaan. Mereka belum mampu menyesuaikan diri dengan baik ketika berada di lingkungan sekolah menengah baru yang berbeda dengan sekolah dasar.
Lantas, berbagai upayapun telah disiapkan oleh para guru di SMPN 3 Cibinong untuk menghadapi siswa barunya. Sehingga, ini dapat meminimalisir angka kegagalan penyesuaian diri pada diri siswa. Guru-guru diharapkan mampu untuk memotivasi siswa baru, agar dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, guru, teman, dan cara belajar baru yang akan membedakannya dengan mereka dahulu. Pada akhirnya, setiap penyesuaian diri pasti butuh proses dan selalu bertahap tidak bisa berlangsung secara instan.

B.Saran

Berdasarkan hasil yang telah dilakukan adapun beberapa saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
a)    Bagi mahasiswa
1.    Mahasiswa sebagai calon guru hendaknya mengetahui bagaimana upaya guru-guru di sekolah menengah dalam mengatasi penyesuaian peserta didik yang dalam transisi masa SD menuju SMP
2.    Mahasiswa hendaknya memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan, bukan hanya materi saja namun juga harus mampu memotivasi siswanya nanti agar kelak dapat menyesuaikan dirinya untuk belajar
b)   Bagi guru
Guru hendaknya mengetahui upaya apa yang sepantasnya dilakukan agar siswa dapat menyesuaikan dirinya dengan lancar tanpa ada hambatan.
c)    Bagi penulis lain
Penulis lain diharapkan mencari referensi yang lebih relevan sebagai bahan dalam pembuatan makalah atau laporan hasil observasi guna menciptakan tulisan yang lebih bermanfaat khususnya untuk dunia pendidikan.



DAFTAR PUSTAKA


[1]     Sulistianingsih. Bimbingan dan Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: STKIP Kusumanegara Jakarta. 2008
Diakses tanggal 26 April 2016, pukul 15.00 WIB
[2]     http://dezrecx.blogspot.co.id/2015/03/konsep-penyesuaian-diri-peserta-didik.html
Diakses tanggal 26 April 2016, pukul 15.46 WIB
[3]     http://ayolahbuka.blogspot.co.id/2013/04/permasalahan-dan-upaya-penanganan.html
Diakses tanggal 26 April 2016, pukul 15.47 WIB
[4]     http://lelysholehah.blogspot.co.id/2015/04/laporan-hasil-observasi.html
Diakses tanggal 26 April 2016, pukul 15.48 WIB
[5]     http://arief-yec.blogspot.co.id/2014/04/konsep-penyesuaian-diri-remaja.html
Diakses tanggal 26 April 2016, pukul 15.50 WIB

0 komentar:

Posting Komentar