Minggu, 22 Januari 2017

MAKALAH KOMUNIKASI PENDIDIKAN : KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DAN BEKERJA SAMA DALAM KELOMPOK

MAKALAH
KOMUNIKASI PENDIDIKAN
 


Disusun Oleh :
 Dea Tita Hastika (20158300219)

Dosen Pengampu
  Errina Setiawati Kesumadewi, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
STKIP KUSUMA NEGARA
JAKARTA
2016



BAB I

KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI

A.          Keterampilan Berkomunikasi

Keterampilan berkomunikasi (Communication Skills) adalah suatu keahlian, kemampuan atau kepandaian seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain. Berkomunikasi adalah satu kegiatan yang selalu kita lakukan setiap harinya, maka dari itu keterampilan berkomunikasi ini sangat diperlukan dalam berkomunikasi agar komunikasi yang kita lakukan dapat berjalan dengan lancar dan tidak terjadi salah penafsiran antar komunikator dan komunikan.
Keterampilan berkomunikasi ini merupakan keterampilan utama yang sudah seharusnya dimiliki oleh individual yang ingin menjalin hubungan antarindividu, masyarakat, kelompok, maupun organisasi dimanapun mereka berada.
Keterampilan berkomunikasi dibutuhkan dalam banyak bidang pekerjaan, terutama  untuk pekerjaan seperti wartawan, penyiar, MC, trainer dan sebagainya karena mereka harus pandai-pandai dalam berbicara.
Keterampilan berkomunikasi juga dibutuhkan dalam pengembangan usaha, untuk menjalin relasi, merketing, promosi, dan lain-lain, juga dalam pengembangan dan pemberdayaan diri untuk personal branding/self empowering.
1.        Ruang Lingkup Keterampilan Berkomunikasi
a)    Keterampilan Komunikasi Lisan
Keterampilan komunikasi lisan (oral communication skills) adalah kemampuan berbicara seseorang untuk mampu menyampaikan dan menjelaskan ide gagasan secara jelas kepada bermacam-macam orang sebagai audiens agar dapat dimengerti dengan mudah oleh mereka. Kemampuan ini meliputi keahlian seseorang dalam menyesuaikan cara berbicara dirinya kepada komunikan yang berbeda darinya, dengan menggunakan pendekatan dan gaya bicara yang tepat serta dapat memahami pentingnya isyarat nonverbal dalam komunikasi lisan. Dalam keterampilan berkomunikasi lisan ini, dibutuhkan keterampilan latar belakang presentasi yang diberikan, pemahaman tentang audiens, mendengarkan secara kritis dan bahasa tubuh (body language).
b)   Keterampilan Komunikasi Tulisan
Keterampilan komunikasi tulisan (written communication skills) adalah kemampuan seseorang dalam menulis secara efektif dalam segala konteks untuk ditujukan kepada beragam pembaca dan tujuan. Kemampuan ini meliputi kemampuan dalam menulis dengan perbedaan gaya dan pendekatan untuk setiap pembaca dan media yang berbeda. Keterampilan komunikasi tulisan ini meliputi keterampilan komunikasi elektronik seperti menulis pesan (SMS) di handphone, menulis dan mengirimkan pesan e-mail, berdiskusi di forum diskusi online, chat menggunakan aplikasi ataupun pesan kilat/instan. Keterampilan komunikasi tulisan memerlukan background skills seperti penulisan akademis, keahlian revisi dan penyuntingan (editing), membaca kritis dan presentasi data.
c)    Keterampilan Komunikasi Non-Verbal
Keterampilan komunikasi non-verbal (non-verbal communication skills) adalah kemampuan dalam memperkuat ekspresi ide dan konsep melalui gerakan bahasa tubuh (body language), gerak isyarat / kial (gesture), ekspresi wajah dan nada bicara/suara (tone of voie). Komunikasi non-verbal juga meliputi penggunaan gambar, ikon (icon), dan simbol. Dalam keterampilan komunikasi non-verbal membutuhkan pemahaman tentang audiens, presentasi personal dan bahasa tubuh.

2.        Letak Keterampilan Berkomunikasi
a)    Kekuatan kata
Jangan menggunakan kata-kata yang sulit diucapkan dan dihafalkan. Lebih baik menggantinya dengan kata-kata yang lebih mudah dicerna. Tetapi agar kata-kata yang disampaikan terkesan kuat, gunakan istilah tertentu untuk memperjelas maksudnya. Untuk itu kuasai unsur-unsur bahasa, seperti sinonim, antonim, anonim, ungkapan (idiom), dan kata penghubung.
b)   Ragam bahasa
Pahami dan kuasai ragam bahasa, baik yang resmi maupun tidak, baik bahasa lisan maupun tulisan serta pelajarilah ragam bahasa dalam suatu kalangan kemudian gunakan bahasa tersebut di kalangan itu.
c)    Kekuatan suara
Apa jadinya jika kita berkomunikasi tanpa suara yang jelas? Maka perhatikan kualitas suara dalam komunikasi verbal. Gunakan intonasi dan nada suara, tempo, jeda, dinamika, dan ekspresi suara dengan baik dan benar. Ketika berkomunikasi, usahakan suara nafas tidak terdengar.
d)   Hindari aksen daerah
Hindari komunikasi yang menunjukkan aksen atau logat daerah yang terlalu kental. Memang jika kita berasal dari daerah tertentu cukup sulit untuk menghilangkan aksennya. Tapi usahakan agar tidak terlalu dominan, kecuali dalam melawak.
e)    Menjadi pendengar aktif
Komunikasi yang efektif dapat terwujud karena adanya keseimbangan antara pembicara dan pendengar. Kita bukan hanya bisa berbicara tetapi juga harus bisa menjadi pendengar yang baik.
B.          Tanya Jawab
1.        Apa yang dimaksud dengan keterampilan berkomunikasi?
Jawab : Keterampilan berkomunikasi (Communication Skills) adalah suatu keahlian, kemampuan atau kepandaian seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain.
2.        Siapa saja yang memiliki keterampilan berkomunikasi?
Jawab : Sebenarnya keterampilan berkomunikasi ada pada diri setiap orang, tapi bagi mereka yang pandai dalam berkomunikasi maka mereka telah memiliki keterampilan berkomunikasi dalam dirinya. Lain halnya bagi orang yang kurang pandai berkomunikasi, maka mereka belum memiliki keterampilan dalam berkomunikasi.
3.        Di mana kita dapat mempelajari keterampilan berkomunikasi?
Jawab : Keterampilan berkomunikasi dapat kita temukan dimana saja, dan pada siapa saja. Karena keterampilan berkomunikasi kita bisa dapatkan apabila kita sering berkomunikasi dengan banyak seseorang dengan begitu kita dapat memahami bagaimana kita seharusnya berkomunikasi.
4.        Kapan keterampilan komunikasi tertulis kita butuhkan?
Jawab : Saat kita sedang menulis suatu pesan yang ingin disampaikan kepada orang lain, maka itu kita harus memerlukan kemampuan komunikasi tertulis untuk pandai dalam menulis apa yang ingin disampaikan.
5.        Mengapa kita harus memperhatikan suara dalam berkomunikasi?
Jawab : Karena apabila dalam berkomunikasi kita berbicara dengan kecil sehingga lawan bicara kita menjadi tidak jelas mendengar pesan yang kita sampaikan, dan lebih buruknya lagi jika mereka salah menafsirkan apa yang kita sampaikan.
6.        Bagaimana jika kita masih sulit dalam menghilangkan aksen daerah atau logat bicara kita dalam berkomunikasi?
Jawab : Jika kita masih sulit untuk menghilangkannya, maka sebaiknya kita belajar untuk tidak terlalu jelas menampakkan suara logat daerah yang melekat pada suara kita. Karena, apabila kita masih berkomunikasi dengan logat daerah pada komunikan yang bukan sedaerah dengan kita, itu akan menyulitkannya untuk mencerna apa yang kita sampaikan.


BAB II

BEKERJA SAMA DALAM KELOMPOK

A.          Bekerja Sama dalam Kelompok

Kerjasama (Team Work) adalah keinginan untuk bekerja sama dengan orang lain secara kooperatif dan menjadi bagian dari kelompok. Bukan bekerja secara terpisah atau saling berkompetisi. Kompetensi kerjasama menekankan peran sebagai anggota kelompok, bukan sebagai pemimpin. Kelompok disini dalam arti yang luas, yaitu sekelompok individu yang menyelesaikan suatu tugas atau proses.
Jika bekerja sama dengan kelompok, maka didalamnya diperlukan komunikasi. Komunikasi yang dilakukan dalam kelompok ini berjenis komunikasi kelompok. Adapun komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya. Komunikasi kelompok kecil (small group communication) merupakan proses komunikasi antara tiga orang atau lebih yang berlangsung secara tatap muka.[1] Menurut Michael Burgoon (1978:224) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai berikut.
Group communication is the face to face interaction of three or more individuals, for a recognized purpose such as information sharing, self maintainance, or problem solving, such as that the members are able to recall personal characteristics of the other members accurately”. (Komunikasi kelompok adalah interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.[2]
Keikutsertaan Individu dalam Kelompok
Dalam kelompok pastinya terdiri dari beberapa individu, keikutsertaan individu tersebut untuk menjadi anggota kelompok biasanya disebabkan alasan-alasan, sebagai berikut:[3]
1.        Perhatian dan keikutsertaan individu ditumbuhkan oleh solidaritas kelompok
2.        Perubahan sikap akan lebih mudah terjadi apabila individu berada dalam satu kelompok, selanjutnya keputusan-keputusan kelompok akann lebih mudah diterima dan dilaksanakan apabila individu terlibat dalam pengambilan keputusan.
3.        Kepercayaan besar yang diberikan kepada kelompok.
Karakteristik Kelompok:
Dalam suatu kelompok terdapat ciri – ciri, yaitu :
1.        Terdiri dari 2 orang atau lebih
2.        Adanya interaksi yang terus menerus
3.        Adanya pengembangan identitas kelompok
4.        Adanya norma–norma kelompok
5.        Adanya diferensiasi peran
6.        Peran yang saling tergantung
7.        Produktivitas bertambah atau meningkat
Tahap Pembentukan Kelompok
1.        Tahap 1 - Forming
Pada tahap ini kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki itikad baik namun mereka belum saling mengenal dan belum saling percaya.
2.        Tahap 2 – Storming
Kelompok mulai mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugas-tugas yang mereka hadapi. Mereka membahas isu-isu semacam masalah yang harus mereka selesaikan. Anggota kelompok saling terbuka dan mengkonfrontasi ide-ide dan perspektif mereka masing-masing. Pada beberapa kasus, tahap storming cepat selesai.
3.        Tahap 3 - Norming
Terdapat kesepakatan dan konsensus antara anggota kelompok. Peranan dan tanggung jawab telah jelas. Anggota kelompok mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring dengan mereka melihat kontribusi masing-masing anggota untuk kelompok.
4.        Tahap 4 - Performing
Kelompok dalam tahap ini dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lancar dan efektif tanpa ada konflik yang tidak perlu dan supervisi eksternal. Anggota kelompok saling bergantung satu sama lainnya dan mereka saling respect dalam berkomunikasi.
5.        Tahap 5 - Adjourning dan Transforming
Tahap dimana proyek berakhir dan kelompok membubarkan diri. Kelompok bisa saja kembali pada tahap mana pun ketika mereka mengalami perubahan.

Kerjasama dan manfaatnya
Kerjasama dapat menambah produktivitas dan meningkatkan moral pengurus. Kerjasama dalam kelompok akan membuahkan hasil yang lebih baik. Apalagi jika dilengkapi dengan sikap yang lebih baik terhadap tugasnya tanpa pamrih. Kerjasama dapat menambah tanggung-jawab pengurus dalam melakukan tugas dengan baik, dan menambah kepuasan jika berhasil menyelesaikan tugas masing-masing. Kerjasama menjadi efektif  jika :
a)        Pengurus perlu memahami segala ketentuan dan mekanisme kerja yang ditetapkan.
b)        Setiap pengurus diharapkan ikut memecahkan masalah
c)        Pengurus perlu menyadari kemungkinan saran yang diajukan oleh Bidang lain untuk Bidang mereka.
d)       Mengenali masalah dari Bidang lain, sehingga dapat membantu memberikan sumbangan bagi Bidang tersebut.

Pola dan perilaku yang tidak efektif bagi kelompok kerja, antara lain :
a)        Saling tidak menyetujui tindakan pengurus Bidang lain.
b)        Mempertahankan pendapat masing-masing secara kaku atau menolak gagasan pihak lain tanpa alasan yang jelas, atau menarik diri jika pendapatnya tidak disetujui
c)        Tidak mau membantu masalah pengurus bidang lain
d)       Menjatuhkan kawan sesama pengurus
e)        Memaksakan usulan tanpa kejelasan manfaatnya atau jika usulan dilaksanakan, maka akan meningkatkan biaya besar atau makin mempersulit proses kerja.

Keuntungan yang dapat diperoleh dari bekerjasama
Beberapa keuntungan yang dapat dipetik dari kerjasama antara lain :
a)        Memperingan tugas yang harus dipikul oleh masing-masing pihak;
b)        Menghemat tenaga, pikiran dan dana yang biasanya sangat terbatas dalam setiap kegiatan;
c)        Dengan dana, tenaga, pikiran yang tersedia, dapat menghasilkan lebih banyak;
d)       Lebih memberi kemungkinan pada seluruh pihak untuk mengembangkan kemampuan dalam rangka menuju terbangunnya kemanusiaannya.

Beberapa hal yang dapat mendukung terjalinnya kerjasama
Agar terjalin kerjasama yang mantap dalam suatu kelompok dari masing-masing anggota, sehingga mampu memecahkan masalah yang sedang dihadapi, perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat mendukung, antara lain :
a)        Masing-masing pihak harus sadar dan mengakui kemampuan masing-masing. Masing-masing pihak yang akan kerjasama harus mengerti dan memahami akan masalah yang dihadapi.
b)        Masing-masing pihak yang bekerjasama perlu berkomunikasi.
c)        Pihak yang bekerjasama perlu peka terhadap pihak lain dalam arti mengerti kesulitan dan kelemahan orang lain.
d)       Meskipun semua pihak harus memberi sesuai dengan kemampuan, tetapi agar semuanya itu dapat berdaya hasil dan berhasil guna, perlu ada pengaturan, yaitu koordinasi yang mantap.
e)        Keterbukaan
f)         Melibatkan orang lain

Beberapa hal yang dapat mengganggu kerjasama
a)        Ada pihak yang selalu bersikap menyerahkan pekerjaan kepada orang lain dan tidak bersedia bertanggung-jawab
b)        Ada pihak yang bersedia menampung semua pekerjaan meskipun jelas tidak mampu mengerjakannya.
c)        Tidak bersedia memberikan sebagian dari kemampuannya untuk membantu pihak lain. Dalam pengertian, ini termasuk tidak bersedia menyerahkan sebagian dari wewenangnya kepada pihak lain.
d)       Lekas puas dengan hasil pekerjaannya sendiri, sehingga tidak memperlihatkan dan tidak menaruh perhatian pada pihak yang masih bekerja.
e)        Hanya bersedia memberikan sesuatu yang dirasa tidak lagi diperlukan dirinya, sehingga memberi tidak sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan oleh pihak lain.
f)         Tidak bersedia memberi bantuan sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi, hanya terus tekun dengan pekerjaannya sendiri.
g)        Menutup diri, dan tidak mengundang pihak lain yang dapat memberi bantuan, misal selain berusaha mengerjakan sesuatu dengan sempurna sehingga sulit pihak lain dapat membantu.
h)        Tidak bersedia berkorban, misalnya membongkar atau merubah kegiatan yang sudah direncanakan, demi mencapai kerjasama dan hasil kegiatan yang lebih baik.
i)          Bersikap maha tahu, sehingga menutup diri untuk minta pendapat dan bantuan pihak lain.
j)          Tidak percaya kemampuan pihak lain sehingga tidak bersedia minta bantuan atau pendapat kepadanya.

B.          Tanya Jawab

1.        Apa yang dimaksud dengan kerjasama?
Jawab : Kerjasama (Team Work) adalah keinginan untuk bekerja sama dengan orang lain secara kooperatif dan menjadi bagian dari kelompok.
2.        Siapa saja yang dapat menjadi anggota bagian dari kelompok?
Jawab : siapa saja bisa jadi anggota bagian dari kelompok sesuai karakternya, dan ikut dalam berpartisipasi bekerja sama membentuk kelompok (team work).
3.        Di mana kita bisa langsung bekerjasama dalam kelompok?
Jawab : Tentunya ditempat yang telah menjadi tempat biasa kelompok kita bertemu dan berdiskusi. Biasanya pada saat itu ada banyak hal yang mulai diperbincangkan dalam kelompok dan mencoba untuk mencari penyelesaian dari masalah atau isu yang tengah dibincangkan.
4.        Kapan kelompok bisa mulai dibentuk?
Jawab : Bila terdapat beberapa individu dengan masalah atau karakter dan keinginan yang sama, maka mereka sudah bisa membentuk suatu kelompok. Ini terjadi pada tahap forming.
5.        Mengapa sifat keterbukaan termasuk dalam hal yang mendukung terjalinnya kerjasama?
Jawab : Karena apabila kita tertutup, kita tidak dapat sharing atau menceritakan masalah kita ke anggota kelompok, dan kita tidak dapat menyelesaikan masalah yang terjadi pada kelompok apabila anggota satu sama lainnya saling tertutup sehingga mereka tidak bisa mengerti antaranggota didalam kelompok.
6.        Bagaimana jika terjadi perselisihan pendapat antar anggota kelompok?
Jawab : Ada baiknya jika dibicarakan secara bersama masalah salah paham yang dialami, tanpa ada keegoisan dimasing-masing antaranggota. Biasanya kesalahpahaman ini terjadi jika ada anggota kelompok yang setuju dengan suatu pendapat/statement dan ada anggota kelompok lain yang tidak setuju sehingga dapat menimbulkan masalah perselisihan. Untuk itu cara terbaiknya adalah dengan menerima pendapat orang lain walaupun berbeda dengan pendapat diri kita.

DAFTAR PUSTAKA


Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grassindo, 2004.




[1] Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Grassindo, Jakarta, 2004, h. 44
[2] Ibid., h. 46
[3] Ibid., h. 47

0 komentar:

Posting Komentar