Jumat, 27 Januari 2017

MAKALAH KONSEP DAN PERKEMBANGAN EMOSI PADA PESERTA DIDIK

MAKALAH
PERKEMBANGAN DAN BIMBINGAN PESERTA DIDIK
“KONSEP DAN PERKEMBANGAN EMOSI PADA PESERTA DIDIK”


Disusun Oleh  :

Dea Tita Hastika                (20158300219)
Indri Mahayati                   (20158300217)
Yunita                                (20158300185)


Dosen Pengampu :
Chairunnisa, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
STKIP KUSUMA NEGARA
JAKARTA
2016


KATA PENGANTAR


            Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, juga untuk para keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman. Karena atas rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Konsep dan Perkembangan Emosi pada Peserta Didik”.
            Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Perkembangan dan Bimbingan Peserta Didik”. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Chairunnisa, M.Pd. selaku dosen pengampu, teman-teman dan semua pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini. Penyusunan materi dalam makalah ini disesuaikan dengan referensi yang didapat dari internet.
            Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca dan memberikan gambaran mengenai materi tentang konsep, faktor, serta manfaat perkembangan emosi pada peserta didik. Sehingga pembaca dapat menggunakan makalah ini sebagai literatur pendukung dalam pengembangan bidang ilmu selanjutnya yang terkait dengan materi ini dalam kehidupan sehari-hari.
            Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan makalah ini.  Besar harapan penulis agar penulisan makalah ini dapat berguna bagi siapapun yang menjadikan makalah ini sebagai bahan literatur mengenai materi terkait.

Jakarta, 25 Januari 2016


                                                Penulis

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR.. i
DAFTAR ISI. ii
BAB I PENDAHULUAN.. 1
1.1.Latar Belakang. 1
1.2.Rumusan Masalah. 1
1.3.Tujuan Penulisan. 2
BAB II PEMBAHASAN.. 3
A.Hakekat Emosi 3
B.Karakteristik Perkembangan Emosi 5
C.Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi 12
D.Manfaat Emosi 16
E.Kecerdasan Emosional 17
F.Dimensi Kecerdasan Emosional 18
BAB III PENUTUP. 20
3.1.Kesimpulan. 20
3.2.Saran. 21
DAFTAR PUSTAKA.. 22



BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Secara etimologis emosi berasal dari kata Prancis emotion, yang berasal lagi dari emouvoir, ‘exicte’ yang berdasarkan kata Latin emovere, artinya keluar. Dengan demikian secara etimologis emosi berati “bergerak keluar”.
Banyak orang yang beranggapan bahwasanya emosi itu adalah sesuatu hal yang buruk, sesuatu yang diidentikan dengan amarah. Namun pada kenyataannya emosi itu tidaklah hanya berupa amarah, emosi juga bisa dalam hal kebaikan.
Emosi sering didefinisikan dalam istilah perasaan (feeling), misalnya pengalaman-pengalaman afektif, kenikmatan, marah, takut, bahagia dan lainnya. Emosi dapat diartikan sebagi suatu reaksi psikologis yang ditampilkan dalam bentuk tingkah laku gembira, bahagia, sedih, berani, takut, marah, muak, haru, cinta dan lain-lain.
Emosi seringkali berhubungan dengan tujuan tingkah laku. Adapun emosi terdiri dari emosi positif (emosi yang menyenangkan, seperti cinta, sayang, senang, gembira, kagum dan sebagainya), dan emosi negatif (emosi yang tidak menyenangkan, seperti sedih, marah, benci, takut dan sebagainya).
Dengan mempelajari emosi, diharapakan agar seorang pendidik dapat mengenali emosi dirinya sendiri, sehingga dapat meningkatkan emosi positif yang berdampak pada peserta didik ataupun dapat digunakan untuk mengendalikan emosi-emosi peserta didik yang perlu dikembangkan.

1.2.Rumusan Masalah

1.         Jelaskan hakekat dari emosi!
2.         Bagaimana karakteristik perkembangan emosi?
3.         Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi?
4.         Apakah manfaat dari emosi?
5.         Jelaskan tentang kecerdasan emosional!
6.         Apa saja dimensi kecerdasan emosional?

1.3.Tujuan Penulisan

1.    Dapat menjelaskan hakekat emosi.
2.    Dapat mengetahui bagaimana karakteristik perkembangan emosi.
3.    Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi.
4.    Dapat mengetahui manfaat emosi.
5.    Dapat menjelaskan tentang kecerdasan emosional
6.    Dapat mengetahui beberapa dimensi kecerdasan emosional


BAB II

PEMBAHASAN


A.Hakekat Emosi

Kata "emosi" diturunkan dari kata bahasa Perancis, émotion, dari émouvoir, 'kegembiraan' dari bahasa Latin emovere, dari e- (varian eks-) 'luar' dan movere 'bergerak'. Emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecendrungan untuk bertindak.
Emosi dapat berupa perasaan amarah, ketakutan, kebahagiaan, cinta, rasa terkejut, jijik, dan rasa sedih. Semua gejala emosi seperti amarah, rasa takut, rasa gembira, senang, penuh harap, termasuk konflik, stres, cemas frustasi dan sebagainya mempengaruhi perubahan fisik seseorang (Setyobroto S, 2004;125). Hal serupa juga di ungkapkan oleh Crow & Crow  (dalam Fatimah E, 2006;104) emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan fisik.
Mashar (2011;16) emosi dapat diartikan suatu kondisi intrapersonal, seperti perasaan, keadaan tertentu atau pola aktifitas motor. Unit-unit emosi dapat dibedakan berdasarkan tingkatan kompleksitas yang terbentuk berupa perasaan menyenangkan atau tidak menyenangkan, komponen ekspresi wajah individu dan suatu keadaan sebagai penggerak tertentu.
Lazarus menyatakan bahwa emosi adalah suatu keadaan yang komplek pada diri organisme meliputi perubahan secara badaniah dalam bernapas, detak jantung, perubahan kelenjar-kelenjar dan kondisi mental seperti keadaan menggembirakan yang ditandai dengan perasaan yang kuat dan biasanya disertai dengan dorongan yang mengacu pada suatu bentuk perilaku.
Sementara Goleman menjelaskan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran dimana pikiran khasnya merupakan keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecendrungan untuk bertindak.
Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Syamsudin dimana emosi merupakan suatu suasana yang komplek dan getaran jiwa yang menyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya suatu perilaku.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa emosi terkait dengan perubahan intrapersonal dan interpersonal. Dimana intrapersonal berhubungan dengan mengelola diri secara pribadi, seperti analisa diri dan refleksi. Sedangkan interpersonal berhungan dengan kemampuan untuk bekerja secara efektif dengan orang lain, memelihara dan menjaga hubungan dengan orang lain.
Fatimah (2006;105) menambahkan bahwa pada saat emosi sering terjadi perubahan-perubahan pada fisik seseorang seperti ;
a.       Reaksi elektris pada kulit meningkat bila terpesona
b.      Peredaran darah bertambah cepat bila marah
c.       Denyut jantung bertambah cepat bila terkejut
d.      Bernapas panjang bila kecewa
e.       Pupil mata membesar bila marah
f.       Air liur mongering bila takut/tegang
g.      Bulu roma berdiri kalau takut
h.      Otot menjadi tegang atau bergetar (tremor)
i.        Komposisi darah berubah dan kelenjar lebih aktif.
Dari beberapa pernyataan diatas jelaslah bahwa gangguan emosi dapat mempengaruhi psikis manusia dan juga dapat mempengaruhi fisik seseorang. Gangguan emosi jelas akan mempengaruhi stabilitas emosional atau Emotional stability dan emotional stability akan mempengaruhi stabilitas psikis seseorang, sehingga yang bersangkutan tidak dapat berpikir dengan baik, tidak dapat berkonsentrasi, koordinasi gerak kacau dsb. (Etyobroto S, 2004;125)

B.Karakteristik Perkembangan Emosi

Perkembangan emosi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan individu dalam kehidupan meskipun seorang anak memiliki kemampuan intelektual/kognitif yang baik, tetapi perkembangan emosionalnya tidak baik, anak tersebut akan mengalami hambatan dalan pergaulan dan kehidupannya. Berikut ini merupakan karakteristik dari perkembangan Emosi :
1.        Perkembangan Emosi Bayi
Perkembangan emosi pada bayi terbagi menjadi tiga kategori :
1)      Usia 0 – 8 Minggu
Kehidupan bayi sangat dikuasai oleh emosi. Emosi anak sangat bertalian dengan indrawi (fisik), dengan kualitas perasaan; senang dan tidak senang, hangat dan nyaman, serta menangis karena lapar, haus, kedinginan atau sakit.
2)      Usia 8 minggu – 1 Tahun
Pada masa ini perasaan psikis sudah mulai berkembang, anak merasa senang atau tersenyum bila melihat mainan yang tergantung didepan matanya. Tidak merasa senang (menangis) terhadap benda asing atau orang asing. Pada masa ini perasaan anak mengalami diferensiasi (penguraian) yaitu dari perasaan jasmaniah menjadi tidak senang, marah, takut, jengekel dan terkejut.
3)      Usia 1-3 Tahun
Di usia batita anak berkembang ke arah kemandirian. Ia ingin menunjukkan bahwa dirinya mampu. Dukungan dan kesabaran dari orang tua sangat penting untuk membantu anak mencapai tugas perkembangan tersebut.
1.      Demonstrasi kasih sayang
Anak usia ini senang mengeksplorasi berbagai perasaan menyenangkan yang timbul dari kontak fisik. Misal setiap kali orangtua membuka tangan, batita pasti akan berlari menghampiri untuk masuk dalam pelukan orangtuanya.
2.      Perhatian secara personal
Batita selalu menuntut perhatian secara personal sebab di usia ini anak sedang berada dalam fase egosentris. Ia ingin semua menjadi miliknya dan hanya untuk dirinya.
3.      Mood gampang berubah
Anak batita sangat moody. Mudah baginya berganti suasana hati dalam waktu sekejap. Di usia ini anak mulai sadar bahwa dirinya adalah individu yang terpisah dari orangtuanya sehingga segala sesuatunya ingin dilakukan sendiri. Sementara di sisi lain kemampuannya masih sangat terbatas.
4.      Cari perhatian
Ini adalah salah satu ekspresi emosi yang khas dimiliki anak batita. Ia senang sekali "pamer" kemampuan. Pahadal sesuai tahapan perkembangannya, ada saja kemampuan baru yang dikuasainya hampir setiap hari.
5.      Suka menyengaja
Batita suka menyengaja. Ini dilakukan semata-mata untuk melihat repons sekelilingnya. Bisa juga karena anak belum paham risiko dari perbuatannya, tapi mungkin juga anak sekadar menikmati reaksi yang ditampilkan orangtua.
6.      Melempar sesuatu saat marah
Di usia ini anak belum bisa mengendalikan emosinya secara sempurna tapi kemampuan motoriknya, terutama melempar benda, sudah bisa dilakukan.
7.      Keras kepala
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, di usia ini anak sedang berada pada fase egosentris. Anak maunya menang sendiri dan keras kepala. Apa yang sudah jadi keinginannya seakan tak terbantahkan. Ini adalah bagian dari perkembangan yang wajar.
8.      Narsisme
Anak batita "narsis" mengagumi diri sendiri. Anak usia ini selalu merasa dirinya yang paling baik, pintar, cantik/ganteng, disayang dan sebagainya sehingga ia merasa berhak atas segala sesuatu yang ada di dunia ini.
2.        Perkembangan Emosi Anak
Enam tahapan perkembangan yang harus dilalui anak:
1.         Regulasi diri dan minat terhadap lingkungan
Kemampuan anak untuk mengolah rangsang dari lingkungan dan menenangkan diri. Bila anak masih belum mampu meregulasikan diri maka ia akan tenggelam dalam usaha mencari rangsang yang dibutuhkannya atau sebaliknya menghindari rangsang yang membuatnya tidak nyaman.
2.         Keakraban-keintiman
Kemampuan anak untuk terlibat dalam suatu relasi yang hangat, akrab, menyenangkan dan penuh cinta.
3.         Komunikasi dua arah
Kemampuan anak untuk terlibat dalam komunikasi dua arah, menutup siklus komunikasi (aksi-reaksi). Komunikasi di sini tidak harus verbal, yang penting ia bisa mengkomunikasikan intensi/tujuannya dan kemudian mengenal konsep sebabakibat (berpikir logis) dan konsep diri. la mulai menyadari bahwa tingkah lakunya berdampak terhadap lingkungan. Sehingga mulai muncul keinginan untuk aktif memilih/ menentukan pilihan dan berinisiatif.
4.         Komunikasi kompleks
Kemampuan anak untuk menciptakan komunikasi kompleks, mengekspresikan keinginan dan emosi secara lebih berwarna, kompleks dan kreatif. Mulai menyertakan keinginannya dalam bermain, tidak hanya mengikuti perintah atau petunjuk pengasuh/orang tua. Selanjutnya hal ini akan menjadi dasar terbentuknya konsep diri dan kepribadian. la mampu memahami pola karakter dan tingkah laku orang lain sehingga mulai memahami apakah tingkah lakunya disetujui atau tidak, akan dipuji atau diejek, dll sehingga mulai berkembang kemampuan memprediksi kejadian dan kemudian mengarah pada kemampuan memecahkan masalah berdasarkan keurutan logis.
5.         Ide emosional
Kemampuan anak untuk menciptakan ide, mengenal simbol, termasuk bahasa yang melibatkan emosi.
6.         Berpikir emosional
Kemampuan anak untuk menciptakan kaitan antar berbagai ide sehingga mampu berpikir secara logis dan sesuai dengan realitas. Mampu mengekspresikan berbagai emosi dalam bermain, memprediksi perasaan dan akiba' dari suatu aktifitas, mengenal konsep ruang, waktu serta bisa memecahkan masalah secara verbal dan memiliki pendapatnya sendiri. Bila anak bisa mencapai kemampuan ini maka ia akan siap belajar berpikir abstrak dan mempolajari strategi berpikir.
Pada umumnya, ada empat kunci utama emosi pada anak yaitu :
1.    Perasaan marah; perasaan ini akan muncul ketika anak terkadang merasa tidak nyaman dengan lingkungannya atau ada sesuatu yang mengganggunya. Kemarahan pun akan dikeluarkan anak ketika merasa lelah atau dalam keadaan sakit. Begitu pun ketika kemauannya tidak dituruti oleh orang tuanya, terkadang timbul rasa marah pada anak.
2.    Perasaan takut; rasa takut ini di rasakan anak semenjak bayi. Ketika bayi mereka takut akan suara-suara yang gaduh atau rebut. Ketika menginjak masa anak-anak, perasaan takut mereka muncul apabila di sekelilingnya gelap. Mereka pun mulai berfantasi dengan adanya hantu, monster dan mahluk-mahluk yang menyeramkan lainnya.
3.    Perasaan gembira; perasaan gembira ini tentu saja muncul ketika anak merasa senang akan sesuatu. Contohnya ketika anak diberi hadiah oleh orang tuanya, ketika anak juara dalam mengikuti suatu lomba, atau ketika anak dapat melakukan apa yang diperintahkan orang tuanya. Banyak hal yang dapat membuat anak merasa gembira.
4.    Rasa humor; tertawa merupakan hal yang sangat universal. Anak lebih banyak tertawa di bandingkan orang dewasa. Anak akan tertawa ketika melihat sesuatu yang lucu.
Keempat perasaan itu merupakan emosi negatif dan positif. Perasaan marah dan ketakutan merupakan sikap emosi yang negatif sedangkan perasaan gembira dan rasa lucu atau humor merupakan sikap emosi yang positif.
3.        Perkembangan Emosi Remaja
Karakteristik perkembangan remaja sejalan dengan perkembangan masa remaja itu sendiri, yaitu sebagai berikut:
a.         Perubahan fisik tahap awal pada periode pra-remaja disertai sikap kepekaan terhadap rangsang-rangsang dari luar menyebabkan responnya biasanya berlebihan sehingga mereka mudah tersinggung dan cengeng, tetapi juga cepat merasa senang bahkan meledak-ledak.
b.         Perubahan fisik yang semakin tampak jelas pada periode remaja awal menyebabkan mereka cendrung menyendiri sehingga tidak jarang pula merasa terasing, kurang perhatian dari orang lain, atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau memperdulikannya.
c.         Periode remaja tengah sudah semakin menyadari pentingnya nilai-nilai yang dapat dipegang teguh sehingga jika melihat fenomena yang terjadi di masyarakat yang menunjukkan adanya kontradiksi dengan nilai-nilai moral yang mereka ketahui menyebabkan remaja sering kali secara emosional ingin membentuk nilai-nilai mereka sendiri yang mereka anggap benar, baik dan pantas untuk dikembangkan dikalangan mereka sendiri. Lebih-lebih jika orang tua atau orang dewasa disekitarnya ingin memaksakan nilai-nilainya.
d.        Periode remaja akhir mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai menunjukkan pemikiran, sikap, perilaku yang semakin dewasa. Oleh sebab itu, orang tua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada mereka. Interaksi dengan orang tua juga semakin lebih bagus dan lancar karena mereka sudah semakin bebas penuh serta emosinya pun mulai stabil.
Perasaan yang sering muncul pada masa remaja :
1.      Cinta / Kasih sayang
Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Tampaknya tidak ada manusia, termasuk remaja, yang hidup bahagiadan sehat tanpa mendapatkan cinta dari orang lain. Para remaja yang berontak secara terang-terangan, nakal dan mempunyai sikap permusuhan besar kemungkinan disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai yang tidak disadari.
2.      Gembira
Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai sahabat, atau bila jatuh cinta dan cintanya itu mendapat sambutan (diterima)oleh yang cintai.
3.      Marah
Rasa marah merupakan gejala yang penting diantara emosi-emosi yang memainkan peranan yang menonjol dalam perkembangan kepribadian melalui rasa marahnya seseorang mempertajam tuntutannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya sendiri. Sikap-sikap permusuhan mungkin berbentuk dendam, kesedihan, prasangka, atau kecenderungan untuk merasa tersiksa.
4.      Ketakutan dan Kecemasan
Ketakutan muncul karena adanya kecemasan-kecemasan dan rasa tidak berani yang bersamaan dengan perkembangan remaja itu sendiri. Biasanya para remaja merasa takut hanya pada kejadian-kejadian bila mereka merasa bahaya. Satu-satunya cara untuk menghindarkan diri dari rasa takut adalah menyerah pada rasa takut, seperti terjadi bila seorang begitu takut sehingga ia tidak berani mencapai apa yang diinginkan sehingga masa depannya menjadi tidak menentu.
4.        Perkembangan Emosi Dewasa
Perkembangan emosi pada orang dewasa, ditandai dengan seseorang yang mampu mengenali perasaan yang ada pada dirinya, dan tahu bagaimana harus dilampiaskan. Dengan kata lain, seseorang dikatakan sebagai orang dewasa secara emosional ditandai dengan kemampuan menerima emosi dan menguasainya secara wajar. Artinya, apa pun emosi yang sedang di alami, ia tetap bisa menguasai dan mengelolanya dengan baik. Tidak dipengaruhi rasa takut dan gelisah dan bisa mengontrol emosi sehingga tidak merugikan orang lain. Dari sini dapat dilihat bahwa orang dewasa memiliki kecerdasan emosi yang cukup tinggi.

C.Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi

1.        Pengaruh Keadaan Individu Sendiri
Keadaan diri individu, seperti usia, keadaan fisik, intelegensi, peran seks (Hurlock) dapat mempengaruhi perkembangan emosi individu, perlu adanya tindakan preventif untuk menghindari dampak serius dari pengaruh emosi yang timbul dari dalam diri anak.
2.        Konflik-konflik dalam proses perkembangan
Didalam menjalani fase-fase perkembangan tiap anak harus melalui beberapa macam konflik yang pada umumnya dapat dilalui dengan sukses tetapi ada juga anak yang mengalami gangguan atau hambatan dalam menghadapi konflik-konflik ini
3.        Sebab-sebab lingkungan
Anak-anak hidup dalam 3 macam lingkungan yang mempengaruhi perkembangan emosi dan kepribadiannya. Apabila pengaruh dari lingkungan ini tidak baik maka perkembangan kepribadiannya akan terpengaruh  juga. Menurut Setiawan (dalam Nugraha, 2007: 4.7) ketiga faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan tersebut adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekitar dan lingkungan sekolah.
4.        Hubungan antara Emosi dan Tingkah Laku serta Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah Laku
Rasa takut dan marah dapat menyebabkan seorang gemetar. Dalam ketakutan, mulut menjadi kering, cepatnya jantung berdetak, derasnya aliran darah, sistem pencernaan mungkin berubah selama permunculan emosi. Keadaan emosi yang menyenangkan dan reaksi berfungsi sebagai alat pembantu untuk mencerna, sedangkan perasaan tidak enak menghambat pencernaan.Gangguan emosi dapat menjadi penyebab kesulitan berbicara. Hambatan-hambatan dalam berbicara tertentu telah ditemukan bahwa tidak disebabkan oleh kelainan dalam organ berbicara.Ketegangan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang menjadi gagap.Sikap takut, malu-malu merupakan akibat dari ketegangan emosi dan dapat muncul dengan hadirnya individu tertentu.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi peserta didik, antara lain :
1.        Pola asuh orang tua
Pola asuh orang tua terhadap anak bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja, sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola asuh dari orang tua seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi peserta didik.
2.        Pengalaman traumatik
Kejadian-kejadian traumatis masa lalu dapat mempengaruhi perkembangan emosi seseorang. Dampaknya, jejak rasa takut dan sikap terlalu waspada yang ditimbulkan dapat berlangsung seumur hidup. Kejadian-kejadian traumatis tersebut dapat bersumber dari lingkungan keluarga ataupun lingkungan di luar keluarga (Astuti, 2005).
3.        Tempramen
Temperamen dapat didefinisikan sebagai suasana hati yang mencirikan kehidupan emosional. Hingga tahap tertentu masing- masing individu memiliki kisaran emosi sendiri-sendiri, temperamen merupakan bawaan sejak lahir, dan merupakan bagian dari genetik yang mempunyai kekuatan hebat dalam rentang kehidupan manusia (Astuti, 2005).
4.        Jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin memiliki pengaruh yang berkaitan dengan adanya perbedaan hormonal antara laki- laki dan perempuan, peran jenis maupun tuntutan sosial yang berpengaruh pula terhadap adanya perbedaan karakteristik emosi diantara keduanya (Astuti, 2005).
5.        Perubahan jasmani.
Perubahan jasmani ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan petumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tidak terduga pada perkembangan emosi peserta didik. Tidak setiap peserta didik dapat menerima perubahan kondisi tubuh seperti ini, lebih-lebih perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar dan penuh jerawat. Hormon-hormon tertentu mulai berfungsi sejalan dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat menyebabkan rangsangan di dalam tubuh peserta didik dan seringkali menimbulkan masalah dalam perkembangan emosinya.
6.        Perubahan Interaksi dengan Teman Sebaya.
Peserta didik sering kali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dengan membentuk semacam geng. Interaksi antar anggotanya dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Fakor yang sering menimbulkan masalah emosi pada masa ini adalah hubungan cinta dengan teman lawan jenis.
7.        Perubahan Pandangan Luar.
Ada sejumlah perubahan pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik konflik emosional dalam diri peserta didik, yaitu:
a.         Sikap dunia luar terhadap peserta didik sering tidak konsisten
b.         Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untukpeserta didik laki-laki dan perempuan.
c.         Seringkali kekosongan peserta didik dimamfaatkan oleh pihak luar yang tidak  bertanggung jawab.
8.        Perubahan Interaksi dengan Sekolah.
Sekolah merupakan tempat pendidikan yang sangat diidealkan oleh pererta didik. Para guru merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka karena selain tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Oleh karena itu tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut kepada guru daripada kepada orang tuanya. Posisi guru disini amat strategis apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak melalui penyampaian materi-materi yang positif dan konstruktif.

D.Manfaat Emosi

Emosi memiliki beberapa manfaat, diantaranya :
a.       Survival
yaitu emosi yang berfungsi sebagai perjuangan untuk bertahan hidup. (sebagai contoh ketika seseorang lapar maka tergeraklah orang itu untuk berkerja / mencari makan).
b.      Messeger
yaitu emosi merupakan sebagai pembawa pesan. (Pada saat melihat wajah teman yang sedang sedih, tentu kita tidak bisa bergurau sembarangan seperti pada saat teman kita nampak sedang bergembira).
c.       Balancer
yaitu emosi sebagai penyeimbang hidup. (Ketika sedih kehilangan orang yang dicintai lalu kita menangis. Atau melihat kejadian lucu kita tertawa).
d.      Reinforcer
yaitu berfungsi untuk memperkuat pesan atau informasi yang disampaikan. (Sewaktu mengatakan kalimat “Apakah anda mengerti maksud saya?” dengan nada biasa atau datar. Beda dengan “Anda mengerti tidak maksud saya?!” dengan nada marah sambil menunjuk-nunjuk orang yang ditanya.
e.       Energizer
yaitu emosi sebagai pembangkit energi, yang memberikan kegairahan dalam kehidupan manusia. (ketika kita mencintai orang di satu kantor, tentu kita akan bersemangat datang untuk bekerja. Atau sebaliknya jika kita putus cinta maka merasa hari-hari suram dan tidak berenergi untuk bekerja).

E.Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional (bahasa Inggris: emotional quotient, disingkat EQ) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan. Sedangkan, kecerdasan (intelijen) mengacu pada kapasitas untuk memberikan alasan yang valid akan suatu hubungan.
Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh dua orang psikolog, yakni Peter Salovey dan John Mayer. Kecerdasan emosional (EQ) belakangan ini dinilai tidak kalah penting dengan kecerdasan intelektual (IQ).
Bahkan, di dalam sejumlah ulasan tentang kecerdasan emosional, dikemukakan kecerdasan emosional jauh lebih penting daripada kecerdasan dan kemampuan intelektual seseorang dalam mempengaruhi kesuksesan hidupnya. Salah satu hal yang mendasari pandangan ini adalah gejolak perasaan sangat mempengaruhi proses berpikir. Misalnya, saat individu sedang marah, konsentrasinya mulai terganggu dan kemudian mempengaruhi proses pengambilan keputusan.
Berikut ini, terdapat definisi kecerdasan emosional menurut para ahli sebagai mana dicatat oleh Achmad Pathoni :
1.    Dalam buku karya Shapiro, Salovey dan Mayer mendefisinikan  kecerdasan emosional sebagai “ himpunan bagian dari kecerdasan yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan”.
2.    Menurut Jeane Segal, kecerdasan emosional adalah hubungan pribadi antar pribadi yang bertanggung jawab atas harga diri, kesadaran diri, kepekaan sosial dan kemampuan adaptasi sosial.
3.    Menurut Robert K Cooper dalam bukunya menjelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menetapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi.

F.Dimensi Kecerdasan Emosional

Menurut Peter Salovey terdapat 5 (lima) dimensi EQ. Apabila seorang individu menguasai kompetensi yang menyebar pada kelima dimensi EQ tersebut, akan membuat seseorang menjadi lebih paham terhadap pribadinya atau memiliki kecerdasan emosional (Goleman, 2003: 58). Kelima dimensi itu adalah mengenali emosi diri (self awareness), mengelola emosi (self regulation), memotivasi diri sendiri (motivation), mengenali emosi orang lain (empathy), dan membina hubungan atau keterampilan sosial (social skill).
1.        Self awareness, artinya mengetahui keadaan dalam diri, hal-hal yang lebih disukai, dan intuisi. Kompentensi dalam dimensi pertama adalah mengenali emosi sendiri, mengetahui kekuatan dan keterbatasan diri, dan keyakinan akan kemampuan sendiri.
2.        Self regulation, artinya mengelola keadaan dalam diri dan sumber daya diri sendiri. Kompetensi dimensi kedua ini adalah menahan emosi dan dorongan negatif, menjaga norma kejujuran dan integritas, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, luwes terhadap perubahan, dan terbuka terhadap ide-ide serta informasi baru.
3.        Motivation, artinya dorongan yang membimbing atau membantu peraihan sasaran atau tujuan. Kompetensi dimensi ketiga adalah dorongan untuk menjadi lebih baik, menyesuaikan dengan sasaran kelompok atau organisasi, kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan, dan kegigihan dalam memperjuangkan kegagalan dan hambatan.
4.        Empathy, yaitu kesadaran akan perasaan, kepentingan, dan keprihatinan orang. Dimensi ke-empat terdiri dari kompetensi understanding others, developing others, customer service, menciptakan kesempatan-kesempatan melalui pergaulan dengan berbagai macam orang, membaca hubungan antara keadaan emosi dan kekuatan hubungan suatu kelompok.
5.        Social skills, artinya kemahiran dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki oleh orang lain. Diantaranya adalah kemampuan persuasi, mendengar dengan terbuka dan memberi pesan yang jelas, kemampuan menyelesaikan pendapat, semangat leadership, kolaborasi dan kooperasi, serta team building.



BAB III

PENUTUP

 

3.1.   Kesimpulan

Kata "emosi" diturunkan dari kata bahasa Perancis, émotion, dari émouvoir, 'kegembiraan' dari bahasa Latin emovere, dari e- (varian eks-) 'luar' dan movere 'bergerak'. Emosi dapat berupa perasaan amarah, ketakutan, kebahagiaan, cinta, rasa terkejut, jijik, dan rasa sedih.
Emosi terkait dengan perubahan intrapersonal dan interpersonal. Dimana intrapersonal berhubungan dengan mengelola diri secara pribadi, seperti analisa diri dan refleksi. Sedangkan interpersonal berhungan dengan kemampuan untuk bekerja secara efektif dengan orang lain, memelihara dan menjaga hubungan dengan orang lain.
Perkembangan emosi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan individu dalam kehidupan. Terdapat beberapa kategori dalam karakteristik perkembangan emosi, yaitu : karakteristik perkembangan bayi, anak-anak, masa remaja dan dewasa yang masing-masing memiliki karakteristik berbeda.
Dalam perkembangan emosi, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya, antara lain : pengaruh keadaan individu sendiri, konflik-konflik dalam proses perkembangan, sebab-sebab lingkungan dan hubungan antara emosi dan tingkah laku serta pengaruh emosi terhadap tingkah laku. Disamping itu, emosi memiliki bebera manfaat diantaranya : survival, messeger, balancer, reinforcer, dan energizer.
Dalam materi ini, selain emosi dibahas pula keadaan emosional. Keadaan emosional adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Keadaan emosional memiliki 5 dimensi yaitu, mengenali emosi diri (self awareness), mengelola emosi (self regulation), memotivasi diri sendiri (motivation), mengenali emosi orang lain (empathy), dan membina hubungan atau keterampilan sosial (social skill).

3.2.   Saran

Penulis berharap, dengan adanya pembahasan konsep, manfaat, faktor, dan karakteristik perkembangan pada peserta didik dalam makalah ini dapat menambah wawasan pembaca agar mengerti tentang materi terkait, agar dapat berguna untuk pembaca dalam hal mengajar atau diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.



DAFTAR PUSTAKA

 

http://amry90.blogspot.co.id/2013/09/perkembangan-emosi-psikologi.html?m=1
http://baranusapendidikan.blogspot.co.id/2013/09/perkembangan-emosi.html?m=1
http://belajarpsikologi.com/arti-penting-kecerdasan-emosi-eq/
http://chatroks.blogspot.co.id/2010/11/karakteristik-perkembangan-emosi-nilai.html?m=1
http://firdausremistael.blogspot.co.id/2012/02/perkembangan-emosi-manusia.html?m=1
http://gegarane.blogspot.co.id/2011/10/kecerdasan-emosional.html
http://karyaanakbangsa-helbeh.blogspot.co.id/2012/10/perkembangan-emosi-pada-orang-dewasa.html?m=1
http://melyloelhabox.blogspot.co.id/2013/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
http://paudjateng.xahzgs.com/2015/09/mempengaruhi-perkembangan-emosional-anak.html
http://susimardiyanti.blogspot.co.id/2013/02/emosi-dan-motivasi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_emosional
https://mellyhandayanicyrus.wordpress.com/2015/05/16/perkembangan-emosional-aud/
https://smpnegeri2tebingtinggi.wordpress.com/2009/07/18/%E2%80%9Ckecerdasan-emosional-emotional-intelligence%E2%80%9D/


0 komentar:

Posting Komentar