Minggu, 22 Januari 2017

PAPER FILSAFAT ILMU : ILMU DAN BAHASA

FILSAFAT ILMU
ILMU DAN BAHASA



Disusun Oleh :
    1. Dea Tita Hastika     (20158300219)
    2. Debi Paradita          (20158300210)
    3. Indah Sari               (20138300315)
    4. Ines Novika Santia  (20158300215)
    5. Intan Septiana         (20158300100)
     
              Dosen Pengampu
           
           Andy Ahmad,  M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
STKIP KUSUMA NEGARA JAKARTA
2016


Ilmu dan Bahasa
A.    Terminologi : Ilmu, Ilmu Pengetahuan dan Sains
Dua Jenis Ketahuan
Manusia dengan segenap kemampuan kemanusiaannya seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindra dan intuisi mampu menangkap alam kehidupannya dan mengabstraksikan tangkapan tersebut dalam dirinya dalam berbagai bentuk “ketahuan” seperti kebiasaan, akal sehat, seni, sejarah dan filsafat.[1] Terminologi ketahuan ini adalah terminologi artifisial yang bersifat sementara sebagai alat analisis yang pada pokoknya diartikan sebagai keseluruhan bentuk dari produk kegiatan manusia dalam usaha untuk mengetahui sesuatu. Apa yang kita peroleh dalam proses mengetahui tersebut tanpa memperhatikan obyek, cara dan kegunaannya kita masukka ke dalam kategori yang disebut ketahuan ini. Dalam bahasa Inggris sinonim dari ketahuan ini adalah knowledge.
Ketahuan atau knowledge ini merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang kita tahu seperti filsafat, ekonomi, matematika, seni, bela diri, cara menyulam dan biologi. Untuk membedakan tiap-tiap bentuk dari anggota kelompok ketahuan (knowledge) ini terdapat tiga kriteria yakni:
1.    Obyek Ontologis
Apakah obyek yang ditelaah yang membuahkan ketahuan (knowledge) tersebut? Kriteria ini disebut obyek ontologis umpamanya ekonomi menelaah hubungan antara manusia dengan benda/jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya dan manajemen menelaah kerja sama manusia dalam mencapai tujuan yang telah disetujui bersama.
2.    Landasan Epistemologis
Cara yang dipakai untuk mendapatkan ketahuan (knowledge) tersebut; atau dengan perkataan lain, bagaimana caranya mendapatkan ketahuan (knowledge) itu? Kriteria ini disebut landasan epistemologis yang berbeda untuk tiap bentuk apa yang diketahui manusia. Umpamanya landasan epistemologis matematika adalah logika deduktif dan landasan epistemologis kebiasaan adalah pengalaman dan akal sehat. Landasan epistemologis ditandai dengan metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dan logika induktif dengan pengajuan hipotesis atau yang disebut logico-hyphotetico-verifikasi;
3.    Landasan aksiologi
Untuk apa ketahuan (knowledge) itu dipergunakan atau nilai kegunaan apa yang dipunyai olehnya? Kriteria ini disebut landasan aksiologis yang juga dapat dibedakan untuk tiap jenis ketahuan (knowledge). Nilai kegunaan seni pencak jelas berbeda dengan nilai kegunaan filsafat atau fisika nuklir.
Jadi Seluruh bentuk dapat digolongkan kedalam kategori pengetahuan (knowledge) dimana masing-masing bentuk dapat dicirikan oleh karakter obyek ontologis, landasan epistemologis dan landasan aksiologi masing-masing. Salah satu bentuk knowledge ditandai dengan:
1)    Obyek Ontologis yaitu pengalaman manusia yakni segenap ujud yang dapat dijangkau lewat panca indra atau alat yang membantu kemampuan pancaindra;
2)    Landasan epistemologis yaitu metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dan logika induktif dengan pengajuan hipotesis atau yang disebut logico-hyphotetico-verifikasi;
3)    Landasan aksiologi: kemaslahatan manusia artinya segenap ujud pengetahuan itu secara moral ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.
Bentuk ketahuan (knowledge) ini dalam bahasa Inggris adalah science. Dengan demikian, maka masalahnya adalah terdapat perbedaan antara knowledge dan science; antara ketahuan yang bersifat generik dan bentuk ketahuan yang spesifik yang mempunyai obyek ontologis, landasan epistemologis dan landasan aksiologis yang khas.

Beberapa Alternatif
Alternatif pertama adalah menggunakan ilmu pengetahuan untuk science dan pengetahuan untuk knowledge. Hal ini yang sekarang umum dipakai, walaupun dalam penggunaannya masih memiliki beberapa kelemahan.
Alternatif kedua didasarkan kepada asumsi bahwa ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah dua kata benda yaitu ilmu dan pengetahuan. Dalam hal ini maka yang lebih tepat kiranya adalah penggunaan kata pengetahuan untuk knowledge dan ilmu untuk science. Dengan demikian, social sciences diterjemahkan dengan ilmu-ilmu sosial dan natural sciences dengan ilmu-ilmu alam Ilmu-ilmu alam dan Ilmu-ilmu sosial ini termasuk humaniora (seni, filsafat, bahasa dan sebagainya) termasuk kedalam pengetahuan yang merupakan terminologi generik. Kata sifat dari ilmu adalah ilmiah atau keilmuan; metode yang dipergunakan dalam kegiatan ilmiah adalah metode ilmiah; dan ahli dalam bidang keilmuan adalah ilmuwan.

B.     Quo Vadis
Dalam Konperensi Ilmu Pengetahuan Nasional (KIPNAS) III LIPI yang berlangsung di Jakarta pada tanggal 15-19 September 1981 terdapat suatu saran agar dipergunakan terminologi ilmu untuk science dan pengetahuan untuk knowledge dengan alasan :
1)       Ilmu (species) adalah sebagian dari pengetahuan (genus);
2)      Dengan demikian maka ilmu adalah pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu, yakni ciri-ciri ilmiah, atau dengan perkataan lain, ilmu adalah sinonim dengan pengetahuan ilmiah (scientific knowledge);
3)      Menurut tata bahasa Indonesia berdasarkan hukum D(iterangkan)/M(enerangkan) maka ilmu pengetahuan adalah ilmu (D) yang bersifat pengetahuan (M) dan pernyataan ini pada hakikatnya adalah salah sebab ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang bersifat ilmiah;
4)      Ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai ilmu dan pengetahuan.
Ternyata dalam konperensi tersebut terdapat pendapat lain yang sangat berbeda yakni :
1)      Ilmu merupakan genus di mana terdapat bermacam species, seperti ilmu kebatinan, ilmu agama, ilmu filsafat dan ilmu pengetahuan;
2)      Dengan demikian maka terminologi ilmu pengetahuan adalah sinonim dengan scientific knowledge;
3)      Ilmu adalah sinonim dengan knowledge dan pengetahuan dengan science;
4)      Berdasarkan hukum DM maka ilmu pengetahuan adalah ilmu (knowledge) yang bersifat pengetahuan (scientific).
Terminologi Ilmu untuk science dan pengetahuan untuk knowledge, secara defacto dalam kalangan dunia keilmuwan terminologi ilmu sudah sering dipergunakan seperti dalam metode ilmiah dan ilmu-ilmu sosial atau ilmu-ilmu alam.
Ilmu kebatinan adalah salah sebab seharusnya kebatinan bukan ilmu melainkan pengetahuan. Dengan mengambil ilmu pengetahuan untuk scientific knowledge, ilmu untuk knowledge, dan pengetahuan untuk science, maka harus dibedakan beberapa perubahan antara lain (1) metode ilmiah harus diganti dengan metode pengetahuan; (2) ilmu sosial itu harus diganti dengan pengetahuan sosial; (3) ilmuan harus diganti dengan ahli pengetahuan. Dengan demikian terminologi yang berkaitan dengan dunia keilmuan secara tuntas dapat dijernihkan

C.    Politik Bahasa Nasional
Bahasa mempunyai dua fungsi yaitu; (1) sebagai sarana komunikasi antarmanusia dan (2) sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut. Fungsi pertama dapat disebut sebagai fungsi komunikatif dan fungsi kedua sebagai fungsi kohesif atau integratif.
Pada tanggal 28 Oktober 1928 bangsa Indonesia memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dengan alasan utama yaitu fungsi kohesif bahasa Indonesia sebagai sarana yang mengintegrasikaan berbagai suku ke dalam satu bangsa yakni Indonesia.
Selaku alat komunikasi pada pokoknya bahasa mencakup tiga unsur yakni, pertama, bahasa selaku alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berkonotasi perasaan (emotif), kedua, berkonotasi sikap (afektif) dan ketiga, berkonotasi pikiran (penalaran). Secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi komunikasi bahasa dapat diperinci lebih lanjut menjadi fungsi emotif, afektif dan penalaran.
Perkembangan bahasa pada dasarnya adalah pertumbuhan ketiga fungsi komunikatif tersebut agar mampu mencerminkan perasaan, sikap dan pikiran suatu kelompok masyarakat yang mempergunakan bahasa tersebut. Kaitan antara fungsi komunikasi dan fungsi kohesif dari bahasa ialah untuk dapat mencerminkan kemajuan zaman maka fungsi komunikasi bahasa harus secara terus menerus dikembangkan, namun walaupun demikian harus secara sadar dan waspada kita jaga agar fungsi kohesif dari bahasa Indonesia yang merupakan milik yang sangat berharga dalam berbangsa dan bernegara tetap terpelihara dan kalau mungkin bahkan lebih ditingkatkan lagi.




[1] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2009, hlm. 291.

0 komentar:

Posting Komentar